Puisi

Omelan Gunung Jangkung

Ahad, 15 Januari 2017 | 02:01 WIB

Omelan Gunung Jangkung

Ilustrasi:bonikids.blogspot.com

Oleh Gatot Arifianto

bukti dan bakti masihlah fiksi
tiadakah nyala nyali
yang berani berlari mengibarkan al ashr
dan  ar ra’d 11 di puncak ini?

banci!

gununggunung jangkung yang kesal dalam sepi
menggumamkan benci

dari do hingga si
apa yang dikekalkan siput hanyalah fantasi
berkalikali gagal melepas cangkang imaji

Netrahyahimsa Institute, 24 Agustus 2016


Manifesto Kendeng

siapa berdendang riang saat sumur disergap kemarau panjang
atau ketika galon kerontang?

kematian tiba di dekat laut bering lantaran kompetisi dan dehidrasi
barangkali hanyalah fantasi professor evolusi genetik dari swedia
tapi biarlah kami anakanak negeri agraris belajar percaya
kisah gajah purba yang berakhir dengan rongkong ringkai
bukan omong kosong atau janji politisi yang rajin membuat sakit hati

- nandur pari thukul pari, ngundhuh pari. becik ketitik ala ketara -

persahabatan biji tanah basah memberi gizi tumbuh kami
barangkali hanyalah keajaiban tak pernah singgah silaturahmi
pada kehidupan tanpa lasah kalian yang asing
dengan mars slankers atau ketawang ibu pertiwi
tapi biarlah kami anakanak negeri agraris
menggembargemborkan gembur dan meyakini
air tak boleh dijarah dari sawah
alam tak boleh alum oleh aum kapitalis!

kami menolak jadi mammoth
yang tamat seperti pesakitan dipaksa menerima garrote
entah dengan kalian yang terpelajar
tapi tak pintar menghormati bumi
semisal sumarmi kayen pati meneguhkan hati
mengolah sampah jadi penghidupan
ketimbang menggali kuburan bagi anakanak negeri

Netrahyahimsa Institute, 6 Agustus 2016

Menonton Digong

gulungan ombak meski dilewati dengan membunuh ketakutan sejak do!

setenang penakluk siargao, maut berselancar dari davao
sembari mendendangkan lupang hinirang dengan gairah algojo

“terkecuali memilih karam. geming dan celoteh aktivis
hanya memberi peluang manis gelombang toksin
menghempas masa depan dengan bengis.
candu bukan canda! adakah kebaikan sehingga negara harus berpaling
mengamini mufakat gelap pejabat dan bandar dalam senyap?
tak! itulah kejahatan keji yang meski disikapi
dengan bagak, dengan galak, dengan tembak!”

ikan dan air tak punya kesanggupan menghindari beku dalam kulkas
gelegas kematian adalah niscaya seperti akhir bandit tajir di nusakambangan
yang sepi dari teman berbagi rezeki dan bendera setengah tiang

Netrahyahimsa Institute, 8 Agustus 2016


Penulis adalah warga NU. Sejumlah tulisannya dibukukan dalam buku, Merajut Jurnalisme Damai di Lampung, Aliansi Jurnalis Independen Bandar Lampung, 2012. Menelisik Korupsi Anggaran Publik 2013, Aliansi Jurnalis Independen Indonesia. NU Mengawal Perubahan Zaman, Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Lampung, 2015. Bergiat di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan SIEJ (The Society of Indonesian Environmental Journalists)




Terkait