Pesantren

Pengasuh Pesantren An-Nur Tak Mau Disebut Pengasuh

Ahad, 12 Juni 2016 | 00:01 WIB

Probolinggo, NU Online
Pesantren An-Nur di Kelurahan Sumbertaman Kecamatan Kademangan menjadi salah satu pesantren yang terkenal di Kota Probolinggo. Keturunan pendiri menjadi orang paling dipercaya untuk meneruskan tampuk pimpinan sebelumnya. Seperti yang kini diamanahkan pada Mahfud Zahal.

Namun Mahfud sendiri tidak mau disebut sebagai pengasuh. “Kalau disebut sebagai pengasuh pesantren itu sangatlah berat. Lebih pas disebut sebagai ketua yayasan saja,” kata Kiai Mahfud, Sabtu (11/6).

Mahfud lantas menceritakan sejarah berdirinya pondok ini yang diawali dengan berdirinya Madrasah Aliyah (MA) An-Nur pada tahun 1992. Adalah KH Hasibudin yang merintis pendirian MA An-Nur. Hasibudin sendiri tidak lain adalah ayah Mahfud.

“Karena ada santri yang menginap, akhirnya dibuatkan asrama. Dan akhirnya menjadi Pondok Pesantren An-Nur. Santrinya saat ini ada 1.600 santri,” ujarnya.

Ribuan santri tersebut merupakan jumlah total santri yang ada di bawah lembaga pendidikan PAUD sampai SMK. Sedangkan santri yang mondok sekitar 300 orang.

Mahfud telah lama menjadi ketua yayasan, yakni sejak berdirinya MA sekitar 1992. Sedangkan ayahnya menjadi pengasuh pondok pesantren. “Ayah meninggal 3 tahun lalu, posisi pengasuh digantikan ibu. Setelah itu, ibu meninggal dan 2 tahun ini saya gantikan menjadi pengasuh,” jelasnya.

Meski jabatan sebagai pengasuh pondok disebut berat, namun ia terus berupaya menjalankannya. Mahfud sendiri merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Kakaknya Hj. Mudrikah dipercaya menjadi pengasuh untuk pondok pesantren putri. “Wasiat abah kepada kami penerusnya agar sama-sama mengelola pondok ini,” terangnya.

Saat ditanya apa harapan untuk pondok pesantren ke depan, Mahfud yang saat ini berusia 54 tahun ini mengaku ingin memajukan pendidikan di pondok baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. “Disinilah kegiatan pendidikan agama dilakukan sore hari. Sedangkan umum pagi harinya,” tambahnya.

Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di pondok pesantren dilakukan dengan mendirikan Pondok Tahfidzul Qur’an (penghafal Al Qur’an). Saat ini sudah ada 36 santri penghafal Al Qur’an. “Insya Allah nanti tepat 17 Ramadhan akan ada 3 santri yang lulus hafal Al Qur’an 30 juz,” ungkapnya.

Ada fakta menarik terkait dengan siswa yang lulus menjadi tahfidz. Hampir seluruh tahfidz merupakan siswa berprestasi. Itu sebabnya ia yakin siapapun yang menghafal Al Qur’an akan mendapatkan kemudahan belajar bidang ilmu lainnya.

“Bahkan tahun lalu untuk peraih nilai ujian tertinggi di pondok, baik dari jenjang MTs, MA dan SMK diraih oleh penghafal Al Qur’an. Ini bisa membuktikan bahwa kegiatan menghafal Al Qur’an tidak mengganggu aktivitas belajar siswa,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)


Terkait