Jombang, NU Online
Almarhum KH Abdul Fattah Hasyim, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum era 1960-1970an, penggagas dan pendiri Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang, paman dan pengasuh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), adalah sosok pendidik yang tegas dan tidak suka bertele-tele.<>
"Ketika bicara ‘qolla wa dalla’ (sedikit tapi mencerahkan)," kata salah satu murid almarhum, Drs H Fathul Huda, pengusaha dan Bupati Tuban, dalam ceramah saat peringatan Haul ke-37 almarhum KH Abdul Fattah Hasyim di komplek Pondok Pesantren Bahrul UlumTambakberas Jombang, Kamis (21/3) lalu.
Lebih lanjut Fathul Huda menyampaikan, berhadapan dengan masyarakat, Kiai Fattah tidak suka bertele-tele. Ia tidak suka mengaji lebih dari satu jam. ”Karena ‘mustamiin’ (pendegar) akan bosan, jika mendengar pelajaran atau ceramah lebih dari satu jam,” ungkapnya.
“Disamping itu berbicara lebih dari satu jam, kebanyakan orang kemampuannya akan menurun dan tidak lagi bisa fokus,” tambah mantan ketua PCNU Tuban ini.
Adapun pesan-pesan Kiai Fattah yang sampai saat ini selalu dikenang saat akan keluar dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum oleh Bupati adalah terusno belajar (lanjutkan belajar).
“Melanjutkan belajar bukan hanya berarti pergi ke pondok lain atau sekolah, tetapi juga bisa belajar ke alam,” katanya.
“Alam atau keadaan bisa mejadi guru kita. Siapapun bisa kita jadikan guru dalam kehidupan ini, bahkan seorang petugas petugas kebersihan atau cleaning service-pun bisa menjadi guru bagi kita. Karena seorang yang bekerja sebagai cleaning service bisa memberikan pelajaran bagi kita,” jelas pria yang memulai bisnis dari nol ini.
Yang kedua, lanjutnya, pesan kiai Fattah adalah dirinya diminta untuk rabi (nikah). Karena dengan menikah bisa menjaga dan menjamin kehidupan kita. “Itu sudah saya buktikan,” tegasnya.
Ketiga, mulang (mengajar). Dengan mengajar para alumni bisa menyampaikan pengetahuan kita. Dengan mengajar kita juga bisa menanamkan amal jariyah. “Karena amal jariyah yang mengalir hingga kita meninggal adalah anak sholeh yang mendoakan kita. Sedangkan anak itu bukan berarti anak biologis kita, tetapi juga anak-anak yang telah kita didik,” katanya
Keempat, kiai Fattah berpesan untuk selalu berjuang melalui Nahdlatul Ulama. Sebagai ulama yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah. Kiai Fattah selalu menekankan berjuang di tengah-tengah masyarakat melalui Nahdlatul Ulama.
“Saya berjuang dalam Nahdlatul Ulama dengan membangun ghirrah ke-NU-an, agar fanatisme umat bisa tumbuh dan NU berkembang dengan baik,” ungkapnya mengakhiri ceramah.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Muslimin Abdilla