Probolinggo, NU Online
Meski di desanya terdapat sejumlah lembaga pendidikan, hal itu tidak menyurutkan niat KH. Syihabuddin Sholeh (60 th) untuk mendirikan pesantren. Yang penting menurutnya keberadaan pesantren yang diberi nama Darul Hikmah ini mengantarkan santrinya memiliki ilmu dan berakhlakul karimah.<>
Tidak berlebihan kalau pesantren yang didirikan tahun 1994 ini, menjadi pusat menimba ilmu keagamaan, terutama bagi warga sekitar. Pesantren yang awalnya mengajar santrinya di sebelah musholla ini, kini telah memiliki gedung pembelajaran dan ruang penginapan santri.
Pesantren Darul Hikmah berada di Desa Sidopekso Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Pesantren tersebut menempati areal atau tanah pekarangan yang dibeli sang pendiri, KH. Syihabuddin Sholeh. Sebelumnya ia bersama istrinya tinggal di rumah mertuanya di Kelurahan Kraksaan Wetan Kecamatan Kraksaan.
Kiai kelahiran Desa Kedungrejoso Kecamatan Kotaanyar ini pindah ke Desa Sidopekso setelah rumah dan mushollanya selesai dibangun. Tidak hanya istri dan anaknya yang ikut, sejumlah santri yang belajar mengaji kepada Kiai Shibuddin Sholeh di musholla mertuanya juga ikut pindah.
Beberapa santri yang belajar di musholla barunya, tidak menginap. Mengingat belum ada ruangan atau tempat untuk beristirahat (tidur). “Santri kami tidak ada yang menginap atau menetap. Usai mengaji mereka langsung pulang ke rumah masing-masing,” ungkap Kiai Syihab, Selasa (11/3).
Sejalan dengan perkembangan penduduk di Desa Sidopekso Kecamatan Kraksaan, pesantren yang berdiri dekat pantai ini santrinya bertambah. Warga baru yang memiliki atau membangun rumah di sekitar rumah Kiai Syihabuddin mempercayakan putra dan putrinya mengaji di musholla milik sang kiai. Karenanya ia kemudian mendirikan pesantren. “Dahulu di sini masih jarang rumah. Sekarang sudah mulai padat sekali,” jelasnya.
Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 1997, delapan santri mondok di pesantren yang diasuh oleh Kiai Syihabuddin Sholeh. Dua santri dari Desa Maron, tiga santri dari Kelurahan Patokan, Desa Sokaan dan dari Desa Paiton. “Sisanya dari sekitar sini,” kenang alumni Pesantren Darullugwah wal Karomah, Kraksaan ini.
Tahun itu juga pesantren yang berdiri untuk memperkuat pendidikan agama warga sekitar itu, mendirikan Madrasah Diniyah (Madin) dan Taman Pendidikan Alquran (TPQ). Kebanyakan santri yang belajar di madin adalah warga Desa Sidopekso dan Desa Kalibuntu. Untuk murid TPQ, banyak berasal dari warga desa setempat.
Dalam kurun waktu sekitar 11 tahun, yakni hingga tahun 2008, jumlah santri yang belajar di Pesantren Darul Hikmah, jumlahnya merambat naik. Setiap tahunnya jumlah santrinya bertambah tidak lebih sepuluh orang. Perkembangan pesantren ini meningkat drastis, ketika Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) Darul Hikmah dibuka pada tahun 2009.
Saat itu jumlah santrinya melonjak menjadi 40 orang. 20 santri menetap atau bermukim di pesantren, sedangkan sisanya nyolok atau pulang ke rumah masing-masing. Menurut Sekretaris Umum MUI Kabupaten Probolinggo ini, santri yang bermukim di pesantrennya sebanyak 60 santri putra dan putri. Sedangkan santri yang tidak bermukim tercatat mencapai 80 orang.
Menurut Kiai Syihab, lambannya perkembangan pesantrennya lantaran minat belajar agama di lingkungannya sangat rendah. Selain itu, di desanya terdapat beberapa lembaga pendidikan. “Tidak jauh dari tempat ini, ada beberapa pesantren yang lebih dulu eksis,” ujar suami dari Nyai Hj. Siti Maisaroh ini. (Syamsul Akbar/Anam)