Pendidikan Islam

Maju dengan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing

Ahad, 8 November 2015 | 21:00 WIB

Pondok Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo didirikan oleh KH. Abdullah Mughni pada tahun 1964 silam. Setelah berusia 50 tahun, pesantren ini kini diasuh oleh HM Hasan As-Syadzilli Abdullah. Selain mengembangkan sistem pembelajaran salafiyah, pesantren ini juga telah memakai pembelajaran modern atau formal.
<>
Kiai Hasan mengungkapkan, sejak setahun lalu di pesantren yang diasuhnya mengembangkan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Oleh pengasuh pesantren, bahasa asing terutama bahasa Arab dan Inggris merupakan salah satu aspek yang ditekankan kepada santri.

“Kedua bahasa tersebut memiliki peran penting untuk bisa menguak pintu ilmu. Kalau santri bisa berbahasa Arab maupun Inggris, tentunya bisa membuka sendiri literatur keilmuwan yang menggunakan kedua bahasa itu. Manfaat kedua bahasa ini sama-sama besar. Penekanan lebih kepada Bahasa Arab,” ujarnya.

Menurut Gus Hasan, tidak semua santri dapat masuk ke LPBA. Yang berminat untuk masuk LPBA, ada seleksi ketat yang harus dilalui, terutama dari aspek kemampuan kognitif. Di LPBA, santri pada tahap awal harus menghafal kosakata bahasa asing, tiap hari setidaknya 30 kosakata. “Hafal kosakatanya akan memudahkan santri menguasai bahasa asing,” terang alumni Pesantren Sidogiri, Pasuruan ini.

Santri yang berprestasi di bidang bahasa asing, pihak pesantren mengupayakan beasiswa. Baik dari lembaga pendidikan dalam negeri maupun luar negeri. Menurut Gus Hasan, sudah ada komunikasi dengan beberapa lembaga pemberi beasiswa.

“Penguasaan akan bahasa asing sangat diperlukan dewasa ini. Sebab Islam selama ini identik dengan kaum sarungan dan tertinggal. Ada juga anggapan, Islam itu penuh dengan kekerasan,” jelasnya.

Umat Islam seharusnya mencitrakan diri sebagai manusia yang dapat memberi manfaat kepada lingkungan sekitarnya. Bukan justru menimbulkan kerusakan. “Karena itu pendidikan yang kami terapkan adalah pendidikan yang mencetak manusia yang cerdas otaknya sekaligus mencerminkan pribadi Islam yang baik,” tegasnya.

Lembaga Pendidikan Lengkap

Secara resmi, Pondok Pesantren Zainul Anwar sudah berusia sekitar 50 tahun alias setengah abad lebih. Tetapi rintisan pendirian pesantren tersebut sudah berlangsung jauh sebelum itu. Saat ini pesantren ini diasuh oleh Muhammad Al-Fayyumi, putra ketiga pendiri pesantren Kiai Abdullah Mughni.

Hingga saat ini Pondok Pesantren Zainul Anwar memiliki lembaga pendidikan yang lengkap. Lembaga pendidikan formal yang berdiri terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Sementara pendidikan informal dilangsungkan pada malam hari.

“Tak ada yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran di pesantren ini. Hanya saja pendidikan disini ada tambahannya. Yakni, sekolah agama. Khusus  sore hari, kami bebaskan para santri untuk beristirahat atau belajar,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Anwar Muhammad Al-Fayyumi.

Pembelajaran informal yang diberikan kepada santri meliputi pelajaran Nahwu, shorof, kitab kuning, tafsir dan pelajaran agama lainnya. Pendidikan informal terdiri dari tiga tingkatan. Yakni tingkat ula (awal), wustho (pertengahan) dan ulya (atas).

Selain mendidik santri melalui jalur formal dan informal, pesantren ini juga tetap menjadi silaturahim dengan masyarakat. Tiap Senin malam, pengurus pondok pesantren menggelar pengajian Majelis Dzikir dan sholawat. “Sebulan sekali pada malam Jum’at Legi, ada pengajian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani,” pungkasnya. (Syamsul Akbar)


Foto: Suasana pembelajaran yang diberikan kepada santri di Pondok Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo.


Terkait