Opini

Tahun Ketiga Pendidikan Tinggi NU Sidoarjo

Rabu, 26 Juli 2017 | 23:01 WIB

Oleh : Fahmi Achmad

Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Sidoarjo bulan ini merayakan dies natalis ke-3. Perayaannya dimulai pada 4 Juli 2017 lalu, karena di tanggal itu Izin Operasinal kampus ditandatangani. Namun, suasana dies natalis berasa selama satu bulan penuh, yakni sampai akhir bulan Juli 2017.

Ada perbedaan perayaan dies natalis tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, tahun ini moment itu disemarakkan dengan berlangsungnya proses visitasi akreditasi program studi. Terhitung ada lima program studi yang menerima visit dari Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. 
   
Seperti halnya Rumah Sakit Islam NU Siti Hajar yang sudah membuktikan diri menjadi wujud peradaban NU Sidoarjo di bidang kesehatan. Tiga tahun ini UNU Sidoarjo mencoba mengikuti jejaknya untuk menjadi wujud peradaban Pendidikan Tinggi NU di Sidoarjo.

Karena Perguruan Tinggi NU merupakan tujuan melanjutkan pendidikan tinggi bagi anak-anak yang bersekolah di Maarif dan pondok-pondok pesantren, serta bagi mereka yang fanatic dengan NU. Dengan harapan, mereka (anak-anak NU) dapat bersaing di berbagai bidang dengan berbekal idiologi Islam ahlussunnah wal jamaah annahdliyah.

Para penggagas UNU Sidoarjo menaruh harapan besar, karena keberadaan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sudah lebih dulu berdiri dan berkembang pesat saat ini. UNU Sidoarjo mulai mengejar ketertinggalan itu. Meski kampus tersebut jelas-jelas milik NU yang punya massa terbesar di Sidoarjo, bukan berarti diam diri atas keunggulan itu.

Berharap pada Akreditasi dan Prestasi  
Dalam proses persiapan akreditasi, UNU Sidoarjo mendapat kesempatan langka. Karena mendapat bimbingan intensif dari Prof. Mujahidin, salah satu asesor BAN PT yang sekaligus Ketua Desk Akreditasi Pengurus Besar Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PB.LPTNU). 

Selain mendapat support dari PB.LPTNU, UNU Sidoarjo memiliki tolok ukur prestasi yang sudah diraih kampus dalam tiga tahun terakhir.

Prestasi itu di antaranya: predikat Kampus Madya oleh Kopertis VII, penghargaan sebagai PTS berprestasi di 4 bidang: Tata Kelola Kelembagaan dan Kerjasama;  Pendidik dan Tenaga Kependidikan; Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat; Pembelajaran dan Kemahasiswaan, serta prestasi yang diraih beberapa mahasiswa di beberapa kejuaraan tingkat regional maupun nasional.

Bersamaan dengan berlangsungnya proses akreditasi, kabar gembira datang dari Proposal Hibah Bina Desa (PHBD) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNU Sidoarjo yang berhasil lolos sampai tahap akhir seleksi. Perguruan Tinggi di Sidoarjo hanya UNU Sidoarjo yang berhasil menerima bantuan dari Kemristekdikti itu.

Setelah melewati seleksi tahap awal dari 2891 proposal dari perguruan tinggi se-Indonesia yang masuk, kemudian disaring menjadi 492, dan diambil 192 proposal untuk dipilih 75 proposal terbaik untuk mendapatkan hibah. Sebelumnya, lomba menulis esai Bahasa Inggris tingkat mahasiswa di UNIPA Surabaya juga berhasil meraih juara II, selain itu, kejuaraan Pencak Silat dan MTQ tingkat Jawa Timur masing-masing mendapatkan juara II.

Selain mahasiswa, para dosennya pun tidak mau kalah dalam berkompetisi memajukan kampus. Tercatat ada 16 dosen telah menerima Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat tahun 2017 dari Kemristekdikti.

Di antara Optimis dan Pesimis  
Sama seperti saat awal pendirian universitas, banyak yang tidak mempercayai Sidoarjo bakal memiliki kampus NU baru dengan 10 program studi. Tolok ukurnya sekolah tinggi ilmu kesehatan yang pernah didirikan NU Sidoarjo, yang membutuhkan tidak sedikit sumber daya manusia berkompetensi khusus dan sumber pendanaan yang memadai.

Meski akhirnya para perintis merasakan betapa tidak mudahnya mendirikan lembaga pendidikan tinggi. Selain tuntutan dan aturan yang ketat, mereka harus mampu menciptakan pembeda di antara Perguruan Tinggi yang sudah ada di Sidoarjo.

Mereka sadar bahwa pendidikan tinggi tak hanya menciptakan para perkerja yang handal, tetapi juga menciptakan penguasa dan pengusaha masa depan yang unggul.

Dari situlah Perguruan Tinggi NU harus sanggup menciptakan sesuatu yang out of the box (tidak biasa), bukan berarti menghilangkan atau merubah tradisi, melainkan menciptakan kemasan baru dari berbagai hal lama yang melekat pada NU. Selain itu, harus dapat mengilmiahkan banyak hal yang selama ini tidak rasional di beberapa amaliyah NU.

Berkaca dari hal itu pula UNU Sidoarjo memberanikan diri menawarkan program studi umum tanpa program studi ilmu agama yang sebenarnya menjadi basic dan penguat NU selama ini. Intinya, bagaimana caranya kampus NU bisa menghasilkan generasi muda NU yang multi disiplin ilmu.

Usia yang ke-3 tahun ini menjadi penentu sebuah proses dan progress yang dijalani sejak tiga tahun lalu. Di tahun ini pula kualitas lulusan pertama nanti ditentukan, yakni dengan re-akreditasi seluruh program studi yang ada.

Selamat atas Dies Natalis ke-3 Universitas NU Sidoarjo.

 


Terkait