Opini

Saya dan Buku The Wisdom of Gus Dur

Rabu, 30 Desember 2015 | 12:03 WIB

Oleh Faried Wijdan
--Saya bukan siapa-siapa. Saudara, keponakan, atau santri Gus Dur. Bukan. Saya juga tidak kenal Gus Dur dalam artian bertemu Gus Dur secara fisik verbal. Paling ketemu anak bungsu Gus Dur di rumahnya di Ciganjur. Saya hanya orang yang menggandrungi dan mengagumi Gus Dur. Gandrung dan kagum akan kecintaannya terhadap Tanah Air. Gandrung dan kagum akan pemikiran-pemikirannya, dan terutama gandrung dan kagum akan rasa nasionalismeya. Dengan buku ini, saya berniat berusaha terus dan terus menggali pemikiran-pemikiran Gus Dur. Setidaknya, untuk memuaskan nafsu keingintahuan saya lebih jauh tentang sosok Pejuang Kemanusiaan ini.<>

Pergulatan saya dengan pemikiran Gus Dur bermula ketika saya ngudi kawruh di MAPK Surakarta. Ada satu guru bahasa Arab yang ternyata teman satu flat dengan Gus Dur di Mesir bersama Gus Mus dan Kiai Zarkasi Gontor. Guru saya banyak bercerita, di sela-sela kegiatan mengajar, soal hobi Gus Dur membaca dan nongkrong di Perpustakaan, Hobi nonton film, Gus Dur sangat cerdas, menguasai berbagai vocabulari/mutaradifat bahasa, Gus Dur selalu sigap menerima tugas belanja ke pasar, dan cerita-cerita konyol nan unik lainnya. Semenjak itu saya selalu mencari-cari tulisan-tulisan di koran dan buku Gus Dur, selalu menanti statemen Gus Dur di TV. Momentum cerita guru saya itu benar-benar memompa semangat saya untuk terus memahami pemikirannya.

Pahamkah saya terhadap pemikiran Gus Dur? Jauh panggang dari api. Makin mencoba mendalami, makin merasa kecil saya. Makin berusaha mempelajari, makin bodoh saja rasanya. Sebaik-baiknya sikap, adalah tidak berhenti. Itu artinya, saya sedang dalam perjalanan memasuki belantara Gus Dur. Ibarat spon basah, semua hal yang saya coba serap, akhirnya menumpulkan otak saya. Karenanya, saya harus segera memeras spon basah tadi, agar kembali kering dan siap menerima hal-hal baru dari seorang Gus Dur.

Mengkompilasi statement, ucapan, tulisan, dan tingakh Gus Dur dalam sebuah buku (The Wisdom of Gus Dur) adalah salah satu ikhtiar saya memeras spon basah. Kalau banyak pakar menuliskan, menganalisa pemikiran-pemikiran, gagasan-gagasan Gus Dur tenyang pribumisasi Islam, HAM, pengembangan pesantren, pluralisme dan toleransi ala Gus Dur, tasawuf, menuliskan novelisasi kisah, memoar dan lain-lain, saya hanya bisa mengkompilasi ucapannya dalam buku ini. Karena apa? Karena ilmu saya belum cukup untuk menganalisa pemikiran dan gagasan Gus Dur.

Saya melihat begitu banyak komunitas pro Gus Dur. Barangkali banyak pula pihak yang anti Gus Dur. Saya tak peduli. Mengagumi Gus Dur adalah hak saya. Sekalipun begitu, kekaguman saya sejauh ini saya anggap normal-normal saja. Artinya, saya kagum terhadap ajaran Gus Dur, tetapi tetap dengan kesadaran bahwa, Gus Dur tidak akan lebih besar kalau saya puji…. Gus Dur tidak akan lebih kecil kalau saya maki. Saya bertekad dan berusaha semampu saya, mewarisi segenap ajaran dan kebaikan yang melekat pada dirinya. Gus Dur adalah Gus Dur. Titik. Jangan ditambahi. Jangan dikurangi.

Gus Dur adalah nama besar yang telah diakui seluruh dunia. Lepas dari ‘kontroversi’ yang menyelimuti perjalanan hidup Gus Dur, dia tetaplah orang besar. Besar cita-citanya, besar ide dan gagasannya, besar pula kecintaannya terhadap Tanah Air. Dialah “Sosok pemimpin yang akan dirindukan dunia” sebagaimana ditulis Time Magazine. Gus Dur seorang santri par excellent, kiai, guru madrasah, aktivis demokrasi, pejuang HAM, politikus, seniman, pengamat sepak bola, dan sufi. Gus Dur adalah wali abad 21. Gus Dur adalah sosok yang matang dalam teori dan praktik. Bukan manusia wacana, tukang teori. Saking matangnya, sebagian orang tidak memahami statemen-statemennya.

Gus Dur seorang maha guru. Gus Dur adalah wong agung. Gus Dur adalah seorang Ksatria sekaligus Brahmana. Gus Dur memenuhi kualifikasi sebagaimana dalam konsep ketatanegaraan Parahyangan: Tritangtu (Resi, Rama, Ratu). 

Rama: Representasi dari unsur Tuhan yang dimanifestasikan dalam tugas Rama yaitu bidang Spiritual, dimana seorang rama ini adalah manusia yang sudah meninggalkan kepentingan yang bersifat duniawi dan lahiriah, sehingga bisa menjaga rasa asih yang tinggi dan bijaksana.

Resi: Representasi dari unsur alam yang merupakan penyedia bagi kepentinagn kehidupan , maka para Resi merupakan ahli-ahli atau guru-guru di dalam bidang-bidang diantaranya ahli pendidikan, pejuang HAM, Pemimpin Ormas, seniman, misinya adalah Asah.

Ratu: Representasi unsur manusia yang bertugas untuk mengasuh seluruh kegiatan dan kekayaan negara. Karena misinya adalah Asuh. Pernah menjadi Presiden Ke-4RI.

Lantas, apa yang melatarbelakangi saya dan M Sulton Fatoni (Ketua PBNU) menyusun quote-quote Gus Dur ini?

- Saya hanya ingin mencoba menyajikan semacam kompilasi kearifan Gus Dur, Semacam Sunan Gus Dur. Atlas inti dari pemikiran dan gagasan Gus Dur dalam rangka mempermudah pembaca/pengagum/Gusdurian untuk memahami ajaran-ajaran Gus Dur. Lebih simple, ringan, satu menit membaca mendapatkan satu pencerahan. Cocok dibaca oleh masyarakat modern yang bermukim di zaman transborder data flow, para generasi Z, yang lebih suka membaca konten yang ringkas, simple dan instan. Buku ini mencoba menjembatani. Wasilah pencerahan yang inspiratif.

- Bukan bermaksud mengodifikasi ucapan-ucapan Gus Dur. Sekadar informasi bahwa trend perbukuan 2015, banyak diterbitkan kumpulan quote-quote semacam: Pramoedya Ananta Toer, Nur Cholish Madjid, Mahatma Gandhi, Confucious, The Wisdom Of Mbah Nun – Mutiara Ilmu Maiyah Nusantara, sampai Kiai Felix Siauw dan lain-lain. Kenapa tidak diterbitkan The Wisdom of Gus Dur?? Saya teringat kitab Nahjul Fashahah yang dianggap sebagai ensiklopedia yang tiada padanannya, berisikan hadist-hadits pendek tentang akhlak utama Sang Nabi SAW. Dikompilasikan oleh Abulghasim Payande (1957) dengan mengutip dari sumber-sumber terpercaya baik Sunni maupun Syi’ah.  Memuat dari 3.222 hadits pendek yang di susun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf hijaiyah. Dan penomoran secara urut mulai dari 1 sampai 3.222. Dalam Nahjul Fashahah berisikan kompilasi ucapan dan pidato yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari persoalan akidah, moral, social, persoalan-peersoalan kemanusiaan sampai politik. Buku The Wisdom of Gus Dur ini bisa 
dibilang sebagai ensiklopedi ringkas kalam (perkataan), dan akhlak Gus Dur.

- Menjadi referensi bagi sesiapa saja yang ingin mempelajari, mengkaji dan membaca statemen dan kalimat Gus Dur. Disajikan secara tematis. Bukan berupa teori dan analisa yang ndakik-ndakik dan berat terhadap pemikrian Gus Dur. 


Faried Wijdan, Warga NU Depok dan Co-Compiler Buku The Wisdom of Gus Dur: Butir-Butir Kearifan Sang Waskita.


Terkait