Opini

Kapan Awal dan Akhir Ramadhan 1435 H?

Jumat, 27 Juni 2014 | 11:32 WIB

Oleh Moh Salapudin

--Dalam khazanah ilmu falak (astronomi Islam), terdapat persoalan yang -meminjam bahasa Ibrahim Husein- klasik nan aktual, yaitu penetapan awal bulan kamariah, terutama bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Meski sudah mendapat perhatian yang cukup serius dari kalangan pakar Islam, problematika penentuan awal bulan kamariah, terutama tiga bulan tersebut, hingga kini belum terpecahkan.<>

Umat Islam Indonesia yang terkotak ke dalam beberapa organisasi masyarakat (Ormas) sering kali berbeda dalam memulai puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Perbedan tersebut, misalnya terjadi dalam penetapan tanggal 1 Ramadhan 1422 H (2001 M), 1 Syawal 1414 H (1994 M), 1418 H (1998 M), 1427 H (2006), 1428 H (2007), dan 1432 H (2011 M). Sedangkan pada penetapan hari raya Idul Adha pernah terjadi perbedaan pada 10 Zulhijah 1421 H (2000 M) dan 1431 H (2010 M).

Kapan Awal Ramadhan 1435 H?

Karena seringnya terjadi perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah, masyarakat Muslim awam Indonesia, pada hari-hari menjelang tiga bulan tersebut, sering bertanya-tanya, “Kapan puasa? Kapan Idul Fitri? Dan kapan Idul Adha?” Lalu bagaimana dengan Ramadhan tahun ini (1435 H)?

Bagi Muslim Indonesia yang tergabung dalam ormas Muhammadiyah, mereka akan memulai puasa Ramadhan pada Sabtu Pon, 28 Juni 2014. Hal ini berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 02/MLM/I.0/E/2014 tentang Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1435 H.

Dalam maklumat tersebut dikemukakan bahwa ijtimak (konjungsi) menjelang Ramadhan 1435 H terjadi pada hari Jumat Pahing, 27 Juni 2014 pukul 15:10:21 WIB. Tinggi hilal pada saat matahari terbenam (di Yogyakarta) adalah +0 derajat, 31 menit, 17 detik. Karena hasil tersebut sesuai dengan kriteria wujudul hilal yang dianut Muhammadiyah dalam menentukan awal Ramadhan secara kumulatif, yakni telah terjadi ijtimak dan terjadinya setelah matahari terbenam serta piringan atas bulan berada di atas ufuk, maka magrib hari Jumat (masehi) masuk awal bulan Ramadhan 1435 H. Dengan demikian, warga Muhammadiyah pada Jumat malam sudah melaksanakan salat sunah tarawih dan keesokan harinya (Sabtu/28/6), mereka berpuasa.

Sementara itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama yang menggunakan pedoman imkanur rukyat dan Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyatul hilal, belum memastikan kapan awal Ramadhan 1435 H. Akan tetapi, mengacu pada hasil keputusan pada pertemuan dan musyawarah ahli hisab dari pelbagai ormas Islam dan ahi astronomi pada Maret 1998, pemerintah tidak akan menetapkan awal Ramadhan pada tanggal 28 Juni seperti yang diyakini  Muhammadiyah.

Pasalnya, hasil perhitungan sistem hisab haqiqi tahqiqi menjelang Ramadhan tahun ini, tidak memenuhi kriteria imkanur rukyat secara kumulatif, yakni tinggi hilal minimal 2 derajat dan umur bulan minimal 8 jam dari ijtimak saat matahari terbenam. Walaupun di sebagian wilayah Indonesia hilal sudah wujud, kalau ketinggiannya di bawah 2 derajat, sekalipun nantinya ada yang mengaku melihat hilal, maka kesaksiannya akan ditolak.

Demikian halnya dengan NU. Karena semenjak 1998 PBNU menggunakan hisab haqiqi bi tahqiq dan kontemporer untuk menjadi acuan rukyatul hilal dengan menggunakan kriteria minimal tinggi hilal di tempat perukyah 2 derajat, sementara hasil hisab menjelang Ramadhan tidak sesuai dengan kriteria yang diyakini NU, maka keesokan harinya belum dinyatakan masuk awal Ramadhan.

Jika yang terjadi demikian, maka langkah yang ditempuh adalah istikmal (menggenapkan umur bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari). Hal ini sesuai dengan hadis nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari, “Berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah kalian karena melihat hilal. Jika hilal tertutup awan, maka sempurnakanlah bilangan (hari) Sya’ban menjadi tiga puluh.” Maka, walaupun sampai saat ini belum ada itsbat dari pemerintah dan ikhbar dari PBNU, hampir bisa dipastikan keduanya akan memulai puasa pada Ahad 29 Juni 2014.

Meskipun berbeda dalam menetapkan awal Ramadhan, Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah kemungkinan besar akan serempak dalam menetapkan Idul Fitri. Menurut hasil perhitungan maestro falak IAIN Walisongo, KH. Slamet Hambali, ijtimak akhir Ramadhan 1435 H akan terjadi pada Ahad Paing, 27 Juli, pukul 05:42: 59 WIB. Pada pelaksanaan rukyatul hilal di hari tersebut, ketika matahari terbenam untuk seluruh wilayah Indonesia dari timur ke barat, tinggi hilal mar’i sudah positif (di atas ufuk). Tinggi hilal di Merauke +2 derajat, 31 menit, 18 detik, dan Sabang +2 derajat, 26 menit 56 detik. Hasil perhitungan tersebut sudah memenuhi kriteria yang diterapkan Muhammadiyah, NU, dan pemerintah, walaupun untuk NU tetap akan menunggu hasil rukyatul hilal pada 27 Juli mendatang dalam menetapkan 1 Syawal 1435 H.

Toleransi dan Menghargai Pendapat

Terhadap perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan 1435 H ini, sikap Muslim Indonesia yang paling dibutuhkan adalah toleransi. Kita harus menghargai mereka yang berpendapat lain, yang sebenarnya dilatari oleh perbedaan penafsiran di kalangan Ulama Muslim terhadap teks-teks normatif Islam.

Kita boleh menganggap pendapat orang lain salah, tetapi tidak boleh menafikan kemungkinan benar atas pendapat mereka. Bagitu juga kita boleh yakin bahwa pendapat kita benar, tetapi jangan memungkiri kalau ada kemungkinan salah dari pendapat kita. Wallahu A’lam.

 

Moh Salapudin, Mahasiswa Prodi Ilmu Falak IAIN Walisongo, Penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama RI

 


Terkait