Nasional

Ziarah, Pengamat Luar Negeri Apresiasi Jasa Gus Dur

Rabu, 5 Agustus 2015 | 07:01 WIB

Jombang, NU Online
Greg Fealy merasa bahagia saat didaulat menjadi pembicara pada diskusi dan silaturrahim jaringan Gusdurian yang digelar di kampus Universitas Hasyim Asyari (Unhasy) Tebuireng, Selasa (4/8). Pertemuan dalam rangka harlah ke-75 Gus Dur tersebut mengangkat tema “Ziarah Gus Dur dan NU.”<>

Pengamat NU asal Australia ini lalu menuturkan awal mula berjumpa dengan Gus Dur. Ia sangat mengapresiasi jasa Gus Dur dalam membantu riset disertasinya tentang Sejarah Politik NU.

“Saya pertama kali mengenal Gus Dur saat sedang menyelesaikan S3 saya di Jakarta. Dan Gus Dur sangat membantu saya waktu itu. Saya mendapat semacam kemudahan dari Gus Dur untuk mengakses seluruh pintu pesantren di Indonesia. Beliau betul-betul sangat membantu saya,” ujarnya.

Secara spesifik, ia mengaku sangat senang terutama terkait referensi para tokoh NU pada masa 1980-an dan 1990-an. Gus Dur mempertemukannya dengan para kiai di seluruh Indonesia sebagai narasumber dalam penelitiannya.“Saya sangat banyak menerima informasi yang warna-warni, selalu kritis. Tetapi bagi saya ini tidak selalu akurat,” ujar Greg Fealy dengan mimik lucu yang disambut derai tawa hadirin.

Indonesianis asal negeri Kanguru ini menggambarkan Gus Dur sedang mengajarinya melukis. Sedikit sekali para pelukis yang kalau mereka sedang menggambar wajah ibarat potret menjadi gambar yang tidak spesifik. Tetapi mereka mendapatkan esensi yang ia sebut terjadi juga pada Gus Dur.

“Kenyataan sejarah dan sering sekali Gus Dur tidak bisa diandalkan dengan informasi itu. Tetapi ada kenyataan yang memiliki dasar dan lebih dalam yang Gus Dur bisa menangkap. Jadi kalau menyerap informasi yang saya dapat dari Gus Dur makin luas pemahaman saya tentang NU. Itu keistimewaan Gus Dur,” ujarnya.

Salah satu contoh, Gus Dur selalu bilang tentang ayahnya sendiri, KH Wahid Hasyim, sebagai tokoh yang berkampanye tidak setuju tentang rancangan pasal dalam UUD 1945  bahwa Presiden Indonesia harus beragama Islam.

“Saya kaget juga. Wah, ternyata Wahid Hasyim sama dengan Gus Dur. Kemudian, saya baca sumber-sumber primer tahun 1945, misalnya, tulisan Mohammad Yamin. ternyata Wahid Hasyim paling ngotot menjagokan presiden harus beragama Islam. Jadi, Gus Dur salah tentang itu,” ungkapnya.

Greg Fealy kemudian buru-buru meminta maaf kepada jamaah Gusdurian. “Maaf, mohon maaf. Saya orangnya sedikit sekali memang seperti orang Madura, yaitu suka blak-blakan,” ujarnya disambut tawa hadirin.NU harus Kritis

Tapi, ia mengaku bisa memahami Gus Dur yang menyampaikan keinginan dia atau orientasi dia kepada ayahnya sendiri. Jadi bisa dipahami kesalahannya yang tidak begitu besar itu. “Gus Dur selalu bilang bahwa NU harus selalu bersikap kritis. Dan juga Gus Dur sendiri sangat kritis kepada prestasi pemimpin NU sebelumnya,” ungkapnya.

Greg mengatakan wajar jika ia menilai secara kritis atas prestasi Gus Dur. Hal lain yang disampaikannya, dengan begitu banyak aktivis mahasiswa yang datang ke acara tersebut menunjukkan Gus Dur berhasil menjadi inspirasi bagi mereka. “Untuk NU, Gus Dur sendiri telah memberikan wawasan baru yang berbeda dengan pemimpin sebelumnya,” kata Greg.

Sebelum Gus Dur, tepatnya pada periode Idham Chalid, NU terkenal hampir selalu menyesuaikan diri dengan situasi yang sudah ada. Itu spesialisasi Pak Idham. Kalau baca pidato-pidatonya di muktamar NU, dia selalu punya analogi cari aman saja dan menyesuaikan dengan kondisi politik.

“Tapi sosok Gus Dur, dia hampir tidak sabar untuk selalu dalam zona nyaman. Gus Dur banyak sekali memilih jalan lain untuk memajukan warga yang dipimpinnya,” ujar Greg.

Selain Greg Fealy, hadir dua narasumber lain, pengamat NU asal Belanda Martin van Bruinessen dan aktivis NU Sumenep Panji Taufik. Ratusan aktivis Gusdurian yang duduk lesehan tampak menikmati diskusi yang dimoderatori pendiri eLKis Hairus Salim ini. Mantan Ibu Negara Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid beserta keempat putrinya juga hadir. (Musthofa Asrori/Fathoni)


Terkait