Nasional

Wukuf Jatuh Hari Jum'at Disebut “Haji Akbar”

Sabtu, 27 September 2014 | 14:07 WIB

Kudus, NU Online
Puncak ibadah haji ditandai dengan pelaksanaan wukuf di padang Arafah. Pada musim haji 2014 ini, wukuf yang jatuh pada 9 Dzulhijjah jatuh pada Jum'at (3/10) sehingga sering disebut sebagai “haji akbar”.
<>
Demikian yang dilaporkan Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatu Ulama (ISNU) Kudus Kisbiyanto kepada NU Online di Kudus melalui jejaring sosial media langsung dari tanah Suci Makkah, Jum'at kemarin (26/9).

Mengutip pemberitaan media Arab Saudi, Kisbiyanto menginformasikan sekitar empat juta jamaah haji dari semua negara di dunia, dan ratusan ribu jamaah dari jazirah Arab sendiri akan memadati Arafah, Mina, Muzdalifah, dan Masjidil Haram. "Kekhususan haji akbar ini terletak pada maksimalnya jumlah jamaah karena bersifat sangat istimewa sehingga penduduk negara-negara Arab akan sangat banyak yang  turut melaksanakan ibadah haji," ujarnya.
 
Ia mengatakan haji akbar tahun 1435 H ini yang merupakan fadhal dari Allah SWT yang perlu disyukuri oleh semua muslimin muslimat sedunia. Oleh karenanya, Kisbiyanto berharap doa agar semua jamaah haji Indonesia di Arab Saudi tetap sehat, selamat dalam menjalankan ibadah haji dan ibadah tambahan lainnya.
 
Terkait adanya perbedaan penetapan 1 Dzulhijjah 1435 H antara Kerajaan Arab Saudi dan pemerintah ataupun ormas keagamaan di Indonesia, Kisbiyanto menyatakan akan tetap mengikuti hari Arafah pada hari Jum'at dan merayakan hari raya Idul Adha pada hari Sabtu (4/10).

Dikatakan, metode hisab dan rukyat yang diterapkan bisa saja berbeda. Perbedaan bisa dipengaruhi oleh letak geografis negara tertentu terhadap keterlihatan bulan pada tgl 1 Dzulhijjah.

"Kendati begitu, bagi masyarakat di tanah air kami mengimbau untuk tetap merayakan Idul Adha sesuai dengan tempat tinggal masing-masing menyesuaikan ketetapan pemerintah Indonesia tanpa harus ada perpecahan,” tandasnya.

Kisbiyanto juga melaporkan kondisi cuaca di Makkah maupun Madinah sangat panas, namun masih relatif bersahabat untuk orang Indonesia. Umumnya, imbuh dia, jamaah Indonesia banyak yang mengenakan masker guna menahan rasa panas untuk pernafasan serta memakai pakaian berlengan panjang agar tidak terlalu tersengat panas matahari.

"Namun demikian, Kerajaan Saudi Arabia sudah banyak menyediakan pendingin ruangan di semua ruang di Masjid Nabawi Madinah maupun Masjidil Haram Makkah. Di halaman masjid juga banyak disediakan kipas angin besar-besar dengan  angin yg mengandung percikan air, sehingga berdampak pada udara yang sejuk. Termasuk apartemen, hotel, maktab juga diberikan AC baik di kamar maupun ruang-ruang lobi,"ujarnya. (Qomarul Adib/Abdullah Alawi)


Terkait