Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum PBNU Mochammad Maksum Mahfoedz terpilih sebagai peraih penghargaan Outstanding SEARCA Scholarship Alumni (OSSA). Penyerahan penghargaan berlangsung di Los Baños, Filipina pada 25 November lalu.
Maksum terpilih bersama 10 orang lainnya. Mereka berasal dari 11 negara anggota SEARCA (Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture).
Selain Indonesia negara-negara yang tergabung dalam SEARCA adalah Vietnam, Timor Leste, Thailand, Singapura, Filipina, Myanmar, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Terpilihnya Maksum bukan tanpa alasan. Tim penilai melakukan selekesi ketat dalam beberapa tahap. Peraih penghargaan tidak hanya sekadar alumni SEARCA. Namun juga bagaimana kiprah dan peran alumni setelah lulus.
Dalam wawancara dengan NU Online pada Rabu (30/11) malam, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu megatakan, penilaian dilakukan tidak hanya dengan memeriksa data tertulis, namun juga dengan meninjau langsung kegiatan Maksum di Indonesia.
“Penilai mengunjungi saya ke UGM, Unusia, dan PBNU. Mereka juga menanyakan kepada orang-orang dan masyarakat di sekitar saya, bagaimana kegiatan saya,” kata Maksum.
“Saya senang dan bersyukur sekali. Pemberdayaan pertanian dan perdesaan memang menjadi perhatian saya. Tulisan saya di media masa tentang itu amat banyak. Beberapa sudah dibukukan,” terang Maksum yang tidak tampak rasa lelah saat menerima NU Online hampir tengah malam.
“Kalau bicara tentang pertanian dan perdesaan bisa sampai subuh nggak bakal selesai,” tambahnya yang dapat dimaknai bahwa berbicara tentang pertanian dan masyarakat perdesaan baginya bisa amat panjang.
Perhatiannya kepada pemberdayaan pertanian dan masyarakat perdesaan memang sangat besar. Itu pula yang membuatnya menolak beberapa kali tawaran jabatan di Kementerian.
Menyinggung sekilas perjalanan Maksum , ia menyelesaikan gelar Master dan PhD di Los Baños Universitas Filipina melalui program beasiswa SEARCA. Ia memperoleh gelar Master of Science di bidang Teknik Pertanian, sedangkan Doctor of Philosophy dalam Ekonomi Pertanian.
Selama studi pascasarjana, Maksum terlibat dalam Perhimpunan Mahasiswa Indonesia. Di sana ia aktif mengenalkan adat dan tradisi muslim. Tepat setelah menyelesaikan program pascasarjana, ia kembali ke UGM sebagai dosen. Hingga akhirnya ditunjuk sebagai Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian.
Di UGM, ia juga aktif terlibat dalam Pusat Studi Pembangunan Pedesaan, yang memberinya kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan rakyat kecil. Hal itu membuatnya bersemangat dalam memajukan masyarakat desa melalui pertanian.
Maksum juga aktif mengampanyekan pembangunan perdesaan dan pertanian berdasarkan lokalitas, dan pemahaman tentang sistem sosial-budaya yang menghargai keragaman agama, praktik-praktik sosial, dan adat istiadat masyarakat setempat.
Sebagai salah satu pimpinan di NU, Maksum giat melaksanakan konsep Islam Nusantara, yang digambarkannya dengan ungkapan “100 persen iman, dan 100 persen toleransi”. Dengan prinsip tersebut, ia percaya bahwa Islam melalui dialog antar-iman dan dialog inter- iman, dapat menjadi alat perdamaian dan kesetaraan. (Kendi Setiawan/Fathoni)