Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menjelaskan, kualitas pemimpin di mata Allah bukan semata-mata dinilai dari kesalehan ritual, tetapi bagaimana pemimpin tersebut mampu adil, bertanggung jawab, bisa mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Kiai Luqman mengutip sebuah kaidah syariah, al-imam manuthun bi mashalihir ra'iyyah (pemimpin itu bertanggung jawab pada kemashlahatan rakyat).
Penulis buku Jalan Hakikat ini menegaskan, Allah SWT tidak bertanya kepada para pemimpin, "Berap juz kamu hafal ayat? Sedalam apa ilmu agamamu? Jamaah subuhmu bagaimana?"
“Tidak, tapi Allah bertanya kepada para pemimpin, bagaimana nasib rakyatmu?" tutur Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (25/7) lewat twitternya.
Menurut Direktur Sufi Center Jakarta ini, pemimpin tidak pula hanya diukur dari kapasitas intelektualnya. Tetapi sejauh mana intelektual seorang pemimpin mampu menciptakan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyatnya.
Kiai Luqman mengungkapkan, satu-satunya Nabi dan Rasul yang mencalonkan diri jadi pemimpin hanyalah Nabi Yusuf as. Itu pun karena super darurat dan krisis multidimensi yang menimpa rakyat Mesir.
“Akhirnya ditiru Gus Dur,” tandasnya. (Fathoni)