Nasional

Toleransi Aktif Atasi Perpecahan Atas Nama Agama

Sabtu, 28 Juli 2018 | 03:30 WIB

Toleransi Aktif Atasi Perpecahan Atas Nama Agama

Umat Hindu membagikan takjil untuk Muslim akan buka puasa (bandungjuara.com)

Jakarta, NU Online
Guru Besar Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Amin Abdullah memaparkan ada dua hal yang penting dilakukan dalam mengantisipasi perpecahan atas nama agama. Keduanya adalah toleransi aktif dan sikap yang partisipatif.

“Terlibat aktif untuk lita’arafu, tidak malas, karena sekarang yang ada adalah kecenderungan menghakimi orang lain,” ujarnya saat mengisi Lokakarya Nasional Pengarusutamaan Moderasi Beragama Sebagai Implementasi Resolusi Dewan HAM PBB 16/18 di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Kamis (26/7).

Selain itu, moderasi beragama harus terus diupayakan agar peran agama lebih moderat dalam kehidupan masyarakat.

Ia menyebutkan ada tiga sikap dalam agama-agama dunia, yaitu ekslusif, inklusif, dan pluralis. “Seluruh dunia masih berbicara tentang tiga hal itu. Bukan sikap teologis, namun sosialnya,” kata profesor kelahiran Pati, Jawa Tengah ini. 

Namun sayangnya di Indonesia pluralis sudah diharamkan. Karenanya mentalitas keberagamaan menjadi penting. Mentalitas atau pemikiran dapat diusahakan di antaranya melalui literasi keberagaman, tidak lagi literasi digital, kesadaran akan kesamaan di depan hukum, dan mengatasi keterbatasan ‘bahasa’ agama.  

“Bahasa agama adalah bahasa manusia, maka ada keterbatasan dalam memahami bahasa agama,” katanya.

Ia sepakat bahwa umat beragama harus berpegang teguh kepada agama yang dianutnya. Keteguan pada agama bisa menguji keimanan penganut agama secara sosial dan budaya. “Kalau kita ngomong apa enak didengar oleh orang lain. Maka perlu adanya empati dan simpati, sikap saling percaya, respon sosial,” tambah Amin. (Kendi Setiawan)


Terkait