Tangerang Selatan, NU Online
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengemukakan, ada dua tips dari Prof Quraish Shihab dalam berislam agar bijak. Pertama, belajar agama yang mendalam dan menyeluruh.
“Belajar agama jangan dangkal. Belajar agama yang benar-benar belajar agama. Jadi kalau bismi itu juga harus dengan iqra bismi rabbikaladzi khalaq. Kalau Anda punya iman atau dengan membaca, intelektualitasnya jalan,” kata Kiai Cholil dalam diskusi di Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Tangerang Selatan, Kamis (31/1).
Kedua, belajar sejarah budaya Islam. Kiai Cholil mengatakan, Prof Quraish menekankan agar mempelajari sejarah budaya Islam. Karena teks keagamaan itu tidak turun di ruang yang kosong namun ia turun sesuai dengan konteksnya.
“Kalau saya syarahin, ini matannya dari Prof Quraish, kalau Al-Qur’an turun ke Baitul Izzah itu satu kali. Lalu kenapa turunnya itu (kepada Nabi Muhammad) dengan cara berangsur-angsur?” ucapnya.
Menurut Kiai Cholil, alasan Al-Qur’an turun secara berangsur-berangsur adalah agar kitab suci umat Islam berdialog dan dibumikan sehingga ada interaksi sosial dan proses sejarahnya.
“Oleh karena itu, dua hal yang tidak boleh dari kita kalau ingin bijak. Pertama, pahami agama secara komprehensif dengan alat-alatnya. Kedua, memahami tentang konteksnya, sejarahnya, budayanya. Budaya yang di sana dan budaya yang di sini,” jelasnya.
Mengutip istilah dari KH Hasyim Muzadi, Kiai Cholil mengatakan kalau umat Islam harus bisa membedakan antara esensi agama dan syiar agama.
“Kalau itu berkaitan dengan esensi, pasti tidak ada yang berbeda di antara kita. Tapi diantara kita banyak yang kurang bisa membedakan mana esensi dan mana syiar,” paparnya. (Muchlishon)