Nasional

Tindakan Kekerasan Jauh dari Esensi Pendidikan

Sabtu, 3 Mei 2014 | 07:01 WIB

Kudus, NU Online
Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kudus Kisbiyanto menilai  tindakan kekerasan yang mewarnai dunia pendidikan belakangan ini sangat jauh dari esensi pendidikan. Seharusnya, pendidikan lebih diorientasikan pada pembentukan nalar, sikap, keterampilan, dan spiritualitas sebagai entitas kepribadian seseorang.
<>
“Karenanya, seseorang yg mendidik (misalnya sebagai guru) tidaklah cukup hanya sebagai orang dewasa yang cerdas secara keilmuan. Dia juga harus mempunyai kecukupan integritas sikap dan kepribadian, bahkan pengalaman dalam mendidik,” ujarnya saat ditanya NU Online Jumat (2/5).

Kisbiyanto mengatakan, seorang guru harus pernah dididik sebagai guru, baik melalui pendidikan formal, ataupun melalui pendidikan nonformal seperti pendidikan dan pelatihan. Guru cerdas secara keilmuan dan berwawasan keguruan akan tahu persis bagaimana cara mendidik yg baik, sehingga tidak menghadirkan tindak kekerasan.

“Peserta didik juga akan baik karena sudah dilatih dan dibiasakan oleh gurunya untuk tidak melakukan tindak kekerasan,” terangnya.

Bagaimana dengan sistem atau kurikulumnya? Dosen STAIN Kudus ini menegaskan tidak ada kurikulum yg tidak berkarakter. Semua mengajarkan unsur-unsur pembentukan karakter melalui nilai-nilai yang diajarkan termasuk kurikulum 2013.

“Tapi, lemahnya kita pada aspek keteladanan, dan pembiasaan. Kurikulum diganti seribu lagi, tanpa keteladanan dan pembiasaan, sama juga tidak ada artinya. Pendidik yg berintegritas, cinta pada anak didiknya dengan mengajar, membimbing, dan melatihnya. Jika diulang-ulang terus, pasti muncul "karakter" pada anak,” tegas Kisbiyanto. (Qomarul Adib/Mahbib)


Terkait