Nasional

Sowan PBNU, Dubes Inggris Nyatakan Tolak Pendekatan Militer atas Suriah

Senin, 18 November 2013 | 14:02 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan dari Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (18/11) sore. Pertemuan diisi dialog seputar isu budaya, pendidikan, agama, dan politik.
<>
Duta Besar Inggris Mark Canning disambut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Bendahara Umum PBNU H Bina Suhendra, dan Wakil Sekretaris Jendral PBNU H Imdadun Rahmat. Pada kesempatan itu, Kang Said melontarkan pertanyaan pandangan Kedubes Inggris terhadap penyelesaian krisis di Suriah.

Canning menjawab, dirinya prihatin dengan krisis di Suriah dan menolak dengan tegas pendekatan secara militer di sana yang mengakibatkan kerugian sangat besar. “Tapi sekarang serangan militer tidak terjadi karena sudah diblokir oleh Rusia dan China,” katanya didampingi seorang staf bidang politik.

Kang Said sepakat dengan pernyataan ini dan berpendapat bahwa presiden suriah Bashar al-Assad diakui diktator namun tak semestinya jalan kekerasan menjadi pilihan solusi atas kekisruhan yagn terjadi.

“Sekarang tiap hari orang dibunuh di Suriah. Jumlahnya malah lebih banyak daripada pembunuhan yang dilakukan Presiden Assad,” ujarnya.

Kang Said juga menekankan bahwa proses penyelesaian yang menggunakan isu agama dan suku tidak akan berujung pada perdamaian. Hal itu terbukti, misalnya, pada kasus konflik Israel dan Palestina yang menonjolkan sentimen Yahudi-Islam dan Israel-Arab.

“Di Indonesia isu agama dan suku sudah tidak ada. Semua berpusat pada nasionalisme. Nabi Muhammad dulu juga tidak membangun Negara Islam ataupun Negara Arab, tapi Negara Madinah, negara yang berperadaban,” katanya.

Canning pada pertemuan itu juga mendukung NU dalam menciptakan keharmonisan di Indonesia. “Setelah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) wafat, Indonesia sungguh sangat kehilangan ketika harus menghadapi konflik di masyarakat,” paparnya.

Canning juga mengajak PBNU suatu saat bekerja sama di bidang kebudayaan dan pendidikan. Ia berharap budaya toleran dapat berkembang di Indonesia. (Mahbib Khoiron)


Terkait