Jakarta, NU Online
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi menerima hadiah spesial dalam acara peringatan hari lahir (Harlah) ke-9 The Wahid Institute di Jakarta, Kamis (26/9) siang.
<>
Istri mendiang Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Ny Hj Sinta Nuriyah memakaikan secara langsung peci mirip milik Gus Dur ke kepala Jokowi. Penyematan peci berwarna krem dan terbuat dari anyaman rotan tersebut disambut tepuk tangan meriah dari ratusan undangan yang hadir.
"Ini karena filosofi antara Gus Dur dan Jokowi itu sama, yaitu gitu aja kok repot. Gus Dur sama dengan Jokowi, yaitu langsung turun ke lapangan," ujar putri almarhum Gus Dur, Zannuba Arifah Chafshoh atau lebih sering dipanggil Yenny Wahid menjelaskan alasan pemberian peci itu.
Turut memberikan testimoni pada harlah ke-9 The Wahid Institute ini, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali, Menpera Djan Farid, Wiranto, Akbar Tandjung, dan sejumlah pejabat dan duta besar.
Selaku pembicara utama, Jokowi lebih banyak menyampaikan perihal kinerjanya selama menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta. Jokowi mengakui masih banyak persoalan yang belum tertangani di ibu kota, seperti masalah kesenjagan ekonomi yang sangat lebar. Kenyataan ini, menurut dia, melenceng jauh dari data yang tercatat oleh pemerintah.
“Sekarang sudah tidak zamannya kita mempercayai angka-angka. Pemimpin harus tahu kondisi riil di lapangan,” ujarnya.
Yenny mengatakan, harmoni dan kenyamanan masyarakat tergantung pada kepemimpinan tegas dan mampu mengenali warganya secara lebih dekat.
Direktur The Wahid Institute ini juga menegaskan komitmen lembaganya untuk menyebarluaskan Islam sebagai pembawa kedamaian, mengadvokasi kaum lemah, dan memberdayakan ekonomi rakyat kecil.
The Wahid Institute didirikan Gus Dur pada 7 September 2004 di Jakarta bersama dosen senior Deakin University Australia Dr Gregorius Barton, Yenny Wahid, dan aktivis Ahmad Suaedy dengan moto "Seeding Plural and Peaceful Islam. (Mahbib Khoiron)
Foto: kompas.com