Jember, NU Online
Sembilan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sepakat menolak kegiatan-kegiatan yang bernada anti-Pancasila dan anti-NKRI diselenggarakan di kampus mereka. Kesepakatan tersebut termaktub dalam salah satu poin Piagam Sunan Ampel yang ditandatangani PTKIN Persemakmuran Sunan Ampil di IAIN Tulungagung, belum lama ini.
Kesembilan PTKIN tersebut adalah perguruan tinggi itu berdiri dari pengembangan IAIN Sunan Ampel. Perguruan tinggi itu adalah IAIN Tulungagung, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Mataram, IAIN Jember, IAIN Ponorogo, IAIN Samarinda, STAIN Pamekasan dan STAIN Kediri.
Menurut Rektor IAIN Jember Babun Suharto, dalam pertemuan tahunan tersebut disepakati tiga poin. Dua diantaranya adalah kesepakatan untuk membangun academic branding dengan penguatan Tridharma perguruan tinggi yang prima masing-masing PTKIN Persemakmuran Sunan Ampel sebagai tawaran alternatif guna menjawab tuntutan dan ekspektasi masyarakat Indonesia dan dunia.
Poin terakhir, lanjutnya, adalah melakukan sinergitas antar-PTKIN Persemakmuran Sunan Ampel dalam upaya pengembangan kelembagaan maupun mengampanyekan Islam Rahmatan Lil Alamin.
Babun menambahkan, dalam upaya membendung radikalisme dan terorisme PTKIN Persemakmuran Sunan Ampel sepakat agar segala kegiatan atau pendirian personal maupun kelompok yang anti-Pancasila dan anti-NKRI harus dibasmi. Jika tidak, dikhawatirkan akan memunculkan gerakan-gerakan perpecahan bangsa. Sikap itu diambil sebagai jawaban atas maraknya gerakan-gerakan yang tidak mau menjadikan Pancasila sebagai ideologi dan mau mengganti NKRI dengan model-model yang lain.
"Kita sepakat dan tegas dengan hal-hal semacam ini. Karena jika diberi ruang akan membahayakan negara ini. Untuk itu, PTKIN Persemakmuran Sunan Ampel sepakat juga mengawasi tiap sudut kampus terhadap potensi munculnya gerakan-gerakan anti-Pancasila dan anti-NKRI," ungkap Guru Besar Ekonomi Islam ini kepada NU Online di Jember, Rabu (12/4). (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)