Nasional

Sembilan Hal dari Cangkir Sembilan untuk HTI

Kamis, 11 Mei 2017 | 08:44 WIB

Surabaya, NU Online
Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur meluncurkan diskusi “Cangkir Sembilan”, Rabu (10/5). Acara peluncuran diiringi diskusi perdana yang mengangkat tema “HTI Undercover: Membongkar Jaringan dan Strategi HTI di Balik Jargon Khilafah”.

Forum tersebut mendatangkan mantan aktivis HTI Ainurrafiq dan pengamat Timur Tengah KH Imam Ghozali Said sebagai narasumber. Diskusi yang diperkirakan dihadiri 100 peserta itu mencapai 500 peserta.

"Mungkin karena momentumnya yang pas. Karena baru kemarin Senin pemerintah membubarkan HTI," kata Ahmad Najib AR, Ketua PW LTN PWNU Jatim Rabu (10/5) dini hari.

Dari forum Cangkruk Fikir (Cangkir) Sembilan ini, menyimpulkan ada sembilan poin yang nantinya akan menjadi rekomendasi bersama. Sembilan poin ini dibacakan oleh Wakil Ketua PW LTN PWNU Jatim Wasid Mansyur.  "Berdasarkan data dan fakta-fakta kesejarahan dan teoritis serta kondisi sosial," kata Wasid.

Berikut adalah sembilan kesimpulan juga rekomendasi tersebut:

1. Hizbut Tahrir/HT yang didirikan oleh Syaikh Taqiyyuddin Al-Nabhani, selanjutnya berkembang menjadi HTI, lahir dari proses ketidakberdayaan dalam merespon kondisi politik umat Islam, khususnya pasca runtuhnya Turki Usmani di satu sisi dan hingga eksodusnya Yahudi di beberapa daerah di Timteng, hingga melahirkan Israel.

2. Atas fakta tersebut, maka sulit HTI mengelak hanya sebagai gerakan dakwah. Berbagai kasus di beberapa negara konsep Khilafah Islam selalu dipasarkan, dengan anggapan konsep ini adalah solusi atas dominasi asing/Barat. Ketika kuat, kudeta berdarah dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah, pastinya selalu membawa simbol-simbol agama.

3. Hanya untuk memasarkan konsep khilafah, HTI seringkali plin plan dan menghalalkan segala cara untuk mencari klaim massa. Di satu pihak dia menolak aksi demo karena lahir dari tradisi berdemokrasi. Tapi, di pihak yang berbeda seiring perjalanan waktu, HTI sering turun jalan memasarkan ideologinya dengan ragam model, misalnya long march, aksi sosial bahkan terakhir aksi menggunakan isu masirah panji Rasulullah.

4. Itulah HTI. Tidak salah hanya untuk kepentingan di atas, HTI seringkali mengelabui masyarakat yang tidak tahu. Misalnya, aksi masirah di Jatim baru-Baru ini, telah mengelabui banyak pihak, dengan berdalih ziarah ke makam Sunan Ampel, tapi setelah itu mereka yang lugu dan tidak tahu apa-apa diajak ikut aksi HTI.

5. Lebih dari itu, mengelabui konsep juga dilakukan. Misalnya, dengan mencatut tokoh-tokoh sepuh NU untuk menggiring publik bahwa beliau-beliau juga setuju konsep khilafah. Padahal, beliau-beliau sejak awal ikut melibatkan diri, baik jiwa maupun harta untuk kedaulatan NKRI.

6. Maka bagi kita, khilafah atau imamah adalah bagian dari proses ijtihadi dari setiap bangsa. Tidak ada sampai sekarang negara di dunia yang menganut konsep politik khilafah islamiyah, termasuk Saudi, Tunisia dan lain-lain. Bahkan, tidak sedikit negara di dunia Islam yang melarang.

7. Pembubaran HTI, sebenarnya telah terlambat. Tapi, dari pada tidak sama sekali. Sulit mengelak sebab berbagai fakta menunjukkan perlawanan HTI terhadap NKRI, dan falsafah pancasila.

8. Kita sebagai anak bangsa, kita bangga hidup dalam kultur kebangsaan Indonesia yang damai dan islami. Maka, Siapapun yang merusak sendi sendi NKRI, maka harus berhadapan dengan NU dan Muhammadiyah; berhadapan dengan GP Ansor dan Banser.

9. Cangkir 9 merekomendasikan agar pemerintah dan ormas cinta NKRI untuk menginisiasi Taubat NKRI dan kembali ke pangkuan Negara Pancasila bagi semua anggota HTI dari berbagai status sosial.

(Rof Maulana/Mahbib)


Baca: Diajak Pengajian, Ternyata Jamaah Muslimat Dibawa ke Muktamar Khilafah


Terkait