Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal PBNU H Helmy Faishal Zaini menyatakan bahwa selain tetap menjaga pendidikan pesantren sebagai ciri Nahdlatul Ulama (NU), NU juga telah mengembangkan sekolah-sekolah formal dari Madrasah Ibtidaiyyah hingga ke perguruan tinggi. Pengembangan pendidikan, kata Helmy, termasuk bidang garapan pengurus NU sebagaimana amanat Muktamar NU di Jombong pada 2015.
Demikian dikatakan Helmy pada acara halal bi halal yang diselenggarakan Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GNMU) di Gedung PP GP Ansor, Jakarta Pusat, Ahad (7/7).
Sebagaimana diketahui, satuan pendidikan yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif PBNU, yakni Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyyah sampai Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, berjumlah 48 ribu. Sedangkan perguruan tinggi yang tercatat berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) setidaknya terdapat 200 buah. Adapun perguruan tinggi yang khusus bernama NU sekitar 31. Menurutnya, dengan jumlah tersebut, setidaknya NU mampu bersaing dalam hal pendidikan.
“NU itu maju dengan madrasah dan sekolahnya. Kita memiliki beberapa kampus dengan nama-nama Islam seperti Darul Ulum dan seterusnya, tetapi sekarang kita memiliki lebih dari 30 dengan nama Nahdlatul Ulama. Universitas Nahdlatul Ulama sekarang menjadi mata air ilmu bagi masyarakat di nusantara. Ini Alhamdulillah sesuatu yang harus kita syukuri (perkembangan pendidikan yang dibangun NU),” ucapnya.
Pesantren sendiri yang tergabung di dalam Asosiasi Pesantren NU atau Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI NU) setidaknya berjumlah 23 ribu. Menurutnya, pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang membentuk nilai-nilai kepribadian dan watak bangsa Indonesia sehingga menjadi bangsa yang harmonis dan luhur.
Peran pesantren ini disebutnya diakui oleh tokoh nasionalis, yakni pendiri pergerakan Budi Utomo dr Soetomo. Menurutnya, mengutip Soetomo, keberadaan pesantren telah hadir dan menjadi mata air ilmu bagi masyarakat di nusantara jauh sebelum Hindia Belanda mendirikan sekolah-sekolah.
“Ini sebuah pengakuan dari seorang nasionalis yang telah melihat peran dari pondok pesantren yang sangat besar,” jelasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)