Jakarta, NU Online
Sekjen PBNU HA. Helmy Faishal Zaini mengatakan bahwa Indonesia sedang berada di pusaran arus konservatisme. Arus konservatisme ini utamanya melanda aspek paham dan pandangan keagamaan warga negara.
Hal itu dijelaskan Helmy dalam acara diskusi panel terbatas dengan Harian Kompas, Kamis (15/12) di Jakarta dengan tema Ketahanan Indonesia: Menagih Peran Partai Politik dan Ormas.
"Jika memandang Indonseia, di sana saya membayangkan ada bandul keindonesiaan. Bandul keindonesiaan ini terdiri dari dua kutub. Kutub sebelah kanan adalah agama dan kutub sebelah kiri adalah bangsa atau paham kebangsaan.
“Posisi sekarang, bandul kita ada di sebelah kanan persis," jelas Helmy yang memberikan pemaparan bertema Peran NU dalam menjawab perubahan sosial masyarakat.
Dengan posisi bandul yang berada di kanan persis, lanjut pria kelahiran Cirebon ini, pandangan-pandangan yang lahir pun akan cenderung rigid dan konservatif. Pandangan keagamaan khususnya, menjadi kaku dan ketat.
Lebih lanjut Helmy mengatakan, NU dari awal berdirinya selalu menjaga posisi bandul ini agar tetap berada di tengah (moderat). Tidak ekstrem kiri yang akibatnya terlalu permisif dan liberal, sekaligus tidak terlalu kanan yang akibatnya menjadi konservatif.
"Oleh karena itu, posisi NU penting sebagai penyeimbang," jelas Helmy mengakhiri.
Dalam diskusi tersebut, hadir narasumber lain diantaranya Wapemred Harian Kompas Ninuk M. Pambudy dan Trias Kuncahyono, Gubernur Lemhannas RI Agus Widjojo, Penulis buku Negara Paripurna Yudi Latif, Direktur Politicalwave Yose Rizal, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Badul Mu'ti, Politikus PDIP Andreas Pereira, dan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar. (Fariz Alniezar/Fathoni)