Nasional

SAS Institute: Kelompok Bersenjata Terikat Etika

Jumat, 14 Desember 2018 | 04:45 WIB

SAS Institute: Kelompok Bersenjata Terikat Etika

Aparat membawa kotak jenazah korban penembakan di Papua (tempo.co)

Jakarta, NU Online
Said Aqil Siroj (SAS) Institute mengungkapkan keprihatinannya atas peristiwa penembakan kelompok bersenjata terhadap pekerja proyek PT Istaka Karya, Kabupaten Nduga, Papua yang menghilangkan 31 nyawa.

"Kami sangat prihatin. Pembunuhan kepada para pekerja itu sebuah kejahatan, apalagi jumlah korban segitu banyak," kata Direktur Eksekutif SAS Institute M Imdadun Rahmat kepada NU Online, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (13/12) malam.

Menurut Imdad, kelompok bersenjata sesungguhnya terikat oleh etika. Oleh karenanya, jika ingin memperjuangkan pembebasan, seharusnya mengikuti etika yang berlaku.

"Karena di dalam etika perang, sipil tidak boleh disentuh. Penyerangan terhadap sipil tidak boleh, mengintimidasi sipil tidak boleh, apalagi pembunuhan dalam jumlah banyak. Itu menurunkan kredibilitas kelompok itu di mata publik internasional," jelasnya.

Imdad mengatakan, perbuatan yang dilakukan kelompok bersenjata merupakan tindakan barbar, sehingga tidak mempunyai legitimasi untuk dihormati.

"Kelompok bersenjata ini telah melakukan tindakan barbarian. Gak ada bedanya dengan mafia," jelas pria yang menjabat Ketua Komnas HAM periode 2016-2017.

Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini pun menuntut aparat kepolisian agar mengejar para pelaku penembakan. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)


Terkait