Nasional

Saran Peneliti Universitas Victoria untuk Pengritik Islam Nusantara

Ahad, 29 Juli 2018 | 10:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) mengusung dan menggunakan konsep Islam Nusantara tiga tahun lalu pada saat Muktamar NU ke-33 di Jombang. Semenjak itu, masyarakat datar-datar saja dengan kemunculan konsep Islam Nusantara. 

Akan tetapi, akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang mempermasalahkan konsep Islam Nusantara yang diusung Nahdlatul Ulama (NU). Berbagai macam tuduhan dialamatkan untuk menyerang konsep Islam Nusantara. Mulai dari Islam Nusantara dianggap sebuah aliran baru, anti Arab, dianggap jelmaan Jaringan Islam Liberal (JIL), dan lain sebagainya. Umumnya mereka yang menyerang Islam Nusantara berasal dari kelompok di luar NU.

Merespons hal itu, Peneliti di JD Stout Centre Universitas Victoria Wellington Faried F Saenong mengatakan, Islam Nusantara yang diusung NU dikritik oleh orang lain dengan definisinya sendiri, bukan yang didefinisikan NU.

“Kemudian dengan definisinya sendiri, dia menghantam NU atau menghantam Islam Nusantara,” kata Faried dalam diskusi di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC), Ciputat, Tangerang Selatan, Ahad (29/7).

Doktor lulusan Universitas Nasional Australia ini menilai, cara mengritik seperti itu tidak tepat dan salah. Menurut dia, jika seseorang ingin mengritik konsep Islam Nusantara maka dia harus masuk ke lingkungan NU, melihat dan mengalami sendiri konsep Islam Nusantara. 

“Ini salah memang. Perlu etnografi. Perlu masuk ke NU dulu untuk melihat praktik itu baru kemudian Anda kritik kalau mau. Kalau yang dipakai definisinya NU, mau mengritik NU silahkan. Berarti dia paham,” jelasnya.

Ia mencotohkan, salah satu kesalahpahaman pengritik adalah penilaian kalau Islam Nusantara itu anti Arab. Ini definisi yang tidak benar mengingat teks-teks atau dalil-dalil yang dipakai di lingkungan NU berbahasa Arab. (Muchlishon)


Terkait