Nasional

Saat Gus Mus Cerita tentang Gus Jakfar

Jumat, 6 April 2018 | 07:30 WIB

Kudus, NU Online
KH Ahmad Mustofa Bisri tampil memukau saat membacakan cerpen karyanya yang berjudul ‘Gus Jakfar’ pada gelaran Hari Jadi Masjidil Aqsha (Masjid Menara) di Gedung Menara, Kudus Jawa Tengah, Kamis (5/4) malam.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus saat itu mengenakan sarung putih, atasan berupa kaus berwarna merah dibalut jas putih. Tak lupa, Gus Mus mengenakan penutup kepala berupa iket kain batik yang khas dipakai oleh masyarakat Kudus pada zaman Sunan Kudus masih hidup.

Pengasuh PP Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang memilih membacakan cerpen fenomenalnya, "Gus Jakfar" ketika diminta tampil ke panggung oleh moderator.

"Saya baca cerpen saja, sebuah cerpen pertama saya yang dimuat di salah satu media nasional satu halaman penuh," ujar Gus Mus diikuti tepuk tangan jama'ah yang hadir.
 
Sorot pencahayaan yang terang hanya pada panggung pementasan membuat yang datang hanya memandang pada satu titik. Mereka yang datang pun mengenakan pakaian yang nyaris senada. Sarung batik, baju putih, dan iket batik pada masing-masing kepala.

Gus Mus seolah ingin memberi pelajaran agar tidak sembarang berucap lewat karya yang sebelumnya telah dimuat di harian nasional.

Sosok Gus Jakfar, tokoh utama dalam cerpennya merupakan seorang yang mendapat anugerah berupa keahlian membaca tanda-tanda seseorang. Dia tidak segan mengatakan tanda yang ada pada seseorang, sampai kemudian apa yang diucapkan menjadi kenyataan.

Diceritakan, saat Gus Jakfar bertemu seorang tukang kebun kemudian Gus Jakfar mengucap, jika hidungnya telah bengkok, apakah sudah enggan menghidup udara.

Benar adanya, selang sehari kemudian tukang kebun tersebut meninggal. Dan banyak lagi tanda seseorang yang telah dibaca oleh Gus Jakfar kemudian menjadi nyata.

Namun semuanya berubah setelah Gus Jakfar menemui seorang kiai kharismatik, Kiai Tawakal. Dia tidak lagi menjadi sosok yang ditakuti oleh orang sekitar, karena tidak mau ketika tandanya terbaca oleh Gus Jakfar kemudian menjadi kenyataan.

Jakfar yang merupakan bungsu dari Kiai Sholeh ini telah menjadi manusia biasa. Orang di sekitarnya pun nyaman saat berada di sisi Gus Jakfar. Tak ada lagi kerisauan untuk dibaca tanda-tandanya.

Sebelum tiga penyair itu tampil, terlebih dahulu KH Saifudin Luthfi menjelaskan prasati yang terdapat di atas mihrab imam. Dia mengatakan, di dalam prasati tersebut dijelaskan bahwa Masjid Menara didirikan pada Selasa Legi 19 Rajab 959 Hijriyah, atau tepat pada 23 Agustus 1949 Masehi.

“Masjid ini dibangun oleh Syech Ja’far Shadiq di al-Quds yang kini bernama Kudus. Beliau meninggalkan peradaban untuk kita yang hidup pada saat ini,” tutur Mbah Ipud, sapaan Saifudin Luthfi. (Farid/Muiz)


Terkait