Ramai Isu Nampan MBG Mengandung Minyak Babi, Begini Respons Istana
Rabu, 27 Agustus 2025 | 15:30 WIB

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi saat menyampaikan pernyataan mengenai dugaan minyak babi di nampan MBG. (Tangkapan layar Youtube Kantor Komunikasi Kepresidenan)
Jakarta, NU Online
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi angkat bicara terkait dugaan food tray atau nampan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disebut-sebut mengandung minyak babi.
Hasan menegaskan, hingga saat ini pihaknya belum menemukan bukti atas tuduhan tersebut. Namun, ia memastikan pemerintah siap melakukan pengujian secara resmi untuk menjamin keamanan peralatan makan dalam program tersebut.
“Informasi-informasi ini harus otoritatif. Kalau pembuktiannya misalnya soal nampan itu, nanti bisa diuji di BPOM, bisa diuji di laboratorium. Sampai sejauh ini kita tidak menemukan, tapi kalau memang ada kekhawatiran soal itu, ya diuji saja,” ujar Hasan melalui kanal Youtube Kantor Komunikasi Kepresidenan dikutip NU Online, Rabu (27/8/2025).
Ia menyebut sudah berkoordinasi dengan Kepala BPOM yang menyatakan kesediaannya untuk melakukan pengujian begitu sampel nampan tersedia.
"Itu pentingnya kita tidak gampang termakan isu-isu, apalagi isu yang sangat sensitif. Pemerintah akan memastikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan para penerima manfaat MBG," tambahnya.
Menurut Hasan, Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebelumnya telah menetapkan standar baru untuk food tray berbahan baja tahan karat yang digunakan dalam program MBG. Standar ini diharapkan menjadi acuan agar peralatan makan yang digunakan aman dan sesuai regulasi.
Hasan menekankan bahwa pemerintah tidak akan mengabaikan isu-isu yang menyangkut keselamatan publik.
"Apalagi ini menyangkut anak-anak dan pemuda penerima manfaat program MBG, keamanan mereka adalah prioritas utama," pungkasnya.
Isu ini mencuat setelah Indonesia Business Post merilis laporan investigasi dari wilayah Chaoshan, Provinsi Guangdong, China. Dalam laporan itu disebutkan ada 30-40 pabrik yang memproduksi ompreng makanan untuk pasar global, termasuk yang diduga digunakan dalam program MBG di Indonesia.
Laporan tersebut juga menyinggung dugaan pemalsuan label “Made in Indonesia” dan logo SNI pada produk yang diproduksi di China. Selain itu, disebutkan adanya penggunaan bahan tipe 201 yang mengandung kadar mangan tinggi sehingga tidak direkomendasikan untuk makanan asam, serta indikasi pemakaian minyak babi atau lard dalam proses produksi.