Banyuwangi, NU Online
Bendahara Pengurus Pusat Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) H. Arum Sabil menegaskan, pesantren tidak hanya mengelola pendidikan dan pendalaman agama saja, tapi bisa menjadi motor penggerak perekonomian rakyat.
<>
“Sebab, pesantren dengan kiainya adalah simbol kekuatan rakyat,” katanya ketika menjadi pembicara dalam seminar bertitel “Menggagas Pesantren Sebagai Basis Ekonomi Bangsa” di Pondok Pesantren Darusssalam, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (2/2).
Menurut Arum, jika konsep antara kiai dan santri mampu terealisasi dengan baik, maka pesantren akan menjadi motor penggerak perekonomian bangsa. “Jika sejak menjadi santri sudah mampu hidup mandiri dengan berwirausaha, maka kelak ia tidak hanya menjadi tokoh agama tapi juga menjadi pengusaha yang sukses dan diridloi Allah,” tukasnya.
Ia bercerita bahwa di sebuah pesantren di Surabaya, santrinya diwajibkan hidup mandiri, hanya dengan alat pemeras jeruk dan modal secukupnya. Namun karena keuletannya menjalani usaha tersebut, akhirnya mereka berhasil. “Mereka penghasilannya rata-rata Rp. 500 ribu setiap hari. Dan kerjanya tidak mengganggu jam belajar sekolah,” lanjutnya.
Semetara itu, pakar ekonomi syariah Pondok Pesantren Sidogiri, H. Mahmud Ali Zein menyatakan, sudah saatnya pesantren mengembangkan ekonomi berbasis syariah. Menguntungkan tanpa harus khawatir riba.
“Tahun 2030 nanti, Indonesia diprediksi menjadi negara terkaya ketujuh di dunia. Lalu dimana sumbangsih perekonomian pesantren terhadap posisi tersebut. Kita harus kritis,” ujarnya di seminar yang digelar Aspirasi Para Gus (Asparagus) se-Jawa dan Madura itu (Aryudi A Razaq/Abdullah Alawi)