Yogyakarta, NU Online
Direktur Pendidikan Madrasah Kementarian Agama Nurcholis Setiawan menjelaskan mendidikan karakter merupakan nilai jual (selling point) dari pendidikan madrasah, selain keunggulan kemampuan akademik pada umumnya.<>
Hal ini disampaikannya dalam acara penutupan sebuah workshop untuk para guru Madrasah Ibtidaiyah di Yogyakarta, Rabu (19/). Di depan para perwakilan guru yang barasal dari seluruh Indonesia ini, Nurcholis memotivasi mereka karena di tangan para guru tersebutlah karakter dibentuk
Sayangnya, meskipun memiliki keunggulan lebih, sebagian besar masyarakat masih mempesepsikan bahwa pendidikan madrasah hanya mengajarkan agama an sich. Karena itu, Nurcholis yang menyelesaikan pendidikan doktornya di Jerman ini meminta agar para direktorat dan stake holder merubah persepsi yang telah lama terbangun ini.
“Kita merupakan pendidikan umum yang bercirikan keagamaan,“ tandasnya.
Nurcholis yang menyampaikan pesan sambil mengaji ala pesantren ini mengutip sebuah kitab sufi yang menjelaskan, orang yang memiliki karakter adalah orang yang memiliki khosyatullah, yaitu Allah selalu hadir dalam dirinya setiap saat sehingga tidak gampang tergoda pada sesuatu yang tidak dibenarkan karena Allah selalu hadir dalam dirinya.
“Khasyatullah bukan wedi mbek Gustiallah (bukan takut kepada Allah) karena kalau biasanya mencuri-curi kesempatan,“ paparnya.
Konsep akan selalu hadirnya Allah inilah yang akhirnya menjadi “karakter“ muslim sejati sehingga tidak tergoda melakukan tindakan menyimpang, seperti yang jamak terjadi saat ini dalam bidang hukum, ekonomi, dan lainnya.
Alumni pesantren Tebuireng Jombang ini juga memberi pesan, “ngurusi madrasah berat, harus ada dimensi keikhlasan dan ibadah untuk menghasilkan energi positif.“
“Kalau kegiatan madrasah niatnya duniawi, insyaallah kesele tok (dapat capeknya doang), tapi kalau niatnya ikhlas membantu madrasah untuk menjadi manusia yang berkarakter, tanpa njenengan sadari, energi positif akan ikut terlibat,“ tandasnya.
Dengan memiliki landasan teofosif dan teologis inilah, maka ketika berhasil, akan jauh dari kesombongan dan jika gagal tidak akan kecewa. (mukafi niam)