Nasional

Pembelajaran Sejarah Harus Menyenangkan

Selasa, 6 November 2018 | 16:00 WIB

Pembelajaran Sejarah Harus Menyenangkan

foto ilustrasi (journal.unj.ac.id)

Jakarta, NU Online
Pembelajaran sejarah masih terkesan menjemukan. Hal ini ditengarai akibat dari kecenderungan cara mengajar yang menekankan pada hafalan nama, waktu, dan lokasi peristiwa saja. Guru tidak memberitahu makna peristiwa itu.

Melihat fenomena demikian, Andri Hardiyana, dosen metode pembelajaran IAIN Syekh Nurjati, Cirebon menekankan pentingnya pendidikan yang menyenangkan (edutainment). "Pendidikan Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM) harus diterapkan," katanya kepada NU Online, Selasa (6/11).

Hal tersebut, lanjutnya, bisa ditempuh dengan melakukan empat model pembelajaran, yakni pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), pembelajaran penemuan (discovery learning), atau pembelajaran dengan mencari tahu (inquiry learning).

Kegiatan demikian menarik siswa untuk terlibat langsung dalam menemukan makna sejarah, pemikiran tokoh, dan nilai-nilai yang bisa ditampilkan. Hal ini agar pembelajaran sejarah itu tidak hanya transfer pengetahuan saja.

"Media pembelajaran dalam menyampaikan materi sejarah, tidak sekadar tekstual dalam buku, harus ada visualisasinya," katanya.

Untuk hal itu, menurutnya, bisa menggunakan animasi dengan menampilkan pahlawan sebagai tokoh di dalamnya. Bisa juga, katanya, dengan bermain peran sehingga pelajar dapat menghayati tokoh yang diperankannya.

Sementara itu, Guru Sejarah Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra Buntet Pesantren Wawan Sofwani mengingatkan bahwa penanaman semangat juang para pelaku sejarah kepada pelajar dan generasi muda bukan hanya tugas guru sejarah, melainkan semua guru. Sebab, nilai-nilai kepahlawanan bisa disampaikan melalui materi pelajaran.

"Di situlah guru bisa menanamkan nilai-nilai sejarah, semangat juang para pelaku sejarah dengan memberikan imajinasi yang kira-kira bisa dinalar oleh para siswa," katanya.

Pasalnya, kata Wawan, tujuan penyampaian sejarah adalah agar siswa mengambil ibrah yang baik dari kisahnya guna mengubah keadaan agar lebih baik. "Berusaha memperbaiki keadaan dengan berkaca pada sejarah itulah sebetulnya inti kita mempelajari sejarah," katanya.

Sehingga, lanjutnya, nilai-nilai juang itulah yang memang seharusnya dijadikan sebagai semangat bagi generasi sekarang untuk menjaga bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.

Ia menyayangkan materi sejarah di sekolah yang hanya membahas sejarah dari satu sisi saja. Padahal, ada peran kelompok lain yang juga punya kontribusi dalam satu peristiwa tertentu. "Tidak dimunculkan kontribusi-kontribusi dan peran kelompok lainnya yang sebetulnya lebih berjasa dalam proses kemerdekaan," ungkapnya. (Syakir NF/Muiz)


Terkait