Jakarta, NU Online
Kualitas hidup anak menjadi tanggung jawab orang tua. Demi mewujudkan generasi unggul di kemudian hari, selain pendidikan rohani, orang tua wajib memenuhi kebutuhan fisik, termasuk gizi.
<>
Demikian kesimpulan halaqah syahriyah (diskusi bulanan) bertema ”Pentingnya Gizi dalam Menciptakan Generasi Berkualitas” yang digelar Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) di Jakarta, Kamis (14/3) sore.
Hadir sebagai pembicara, Katib Aam KH Malik Madani, guru besar Fakultas Ekologi Manusia IPB Hardinsyah, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN Indra Wardana, Ketua KPAI Badriyah Fayumi, Kepala Seksi Standarisasi Bina Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi Kemenkes Titin Suhartini.
”Walhasil, wajib hukumnya bagi orang tua yang mampu untu menyiapkan asupan gizi yang sebaik-baiknya bagi ibu dan anaknya. Demikian pula wajib bagi suami untuk menjaga gizi istrinya, sehingga kualitas gizi selalu terjamin,” kata Kiai Malik dalam makalahnya.
Dengan merujuk sejumlah hadits dan pendapat ulama, Kiai Malik Berpendapat, kepedulian terhadap gizi anak mesti dilakukan sejak bayi dalam janin. Islam antara lain mengimbau para ibu untuk menyusui anaknya dalam masa dua tahun penuh, kecuali dengan syarat-syarat tertentu.
Hardinsyah mengatakan, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia jumlah sangat besar. Di banding negara-negara di Asia, Indonesia masuk peringkat dua untuk jumlah kematian ibu, yakni 220 per 100.000 kelahiran hidup, dan peringkat 4 untuk kematian bayi (25 per 1.000 kelahiran hidup).
Badriyah menggarisbawahi, penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak memang tak bisa diserahkan kepada masyarakat saja. Menurut dia, tokoh agama dan pemerintah harus ikut berperan, utamanya proses transformasi kebijakan dan adat yang tidak sehat di masyarakat.
Penulis: Mahbib Khoiron