Pontianak, NU Online
Warga NU perlu terus menggelorakan semangat cinta tanah air. Hal ini karena akhir-akhir ini khususnya sejak 10 tahun terakhir merebak gerakan yang secara terang-terangan menyatakan bahwa sistem demokrasi Pancasila adalah kufur dan thoghut.
“Oleh karena itu, gerakan pemikiran yakni Ngaji Aswaja dan Kebangsaan semacam ini perlu terus digalakkan. Apalagi cinta tanah air itu memiliki dasar dalam hadist sebagaimana dapat ditemukan dalam Riwayat Bukhari dan Muslim,” kata KH Ma’ruf Khozin, Senin (19/11).
Pandangan ini disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jatim ini pada kegiatan Ngaji Aswaja dan Kebangsaan yang berlangsung di kantor Pengurus Wilayah NU Kalimantan Barat.
Dalam pandangan alumnus Pondok Pesantren Ploso Kediri ini, cinta tanah air adalah sebuah keniscayaan. “Apalagi kita hidup, makan, minum dan sebagainya di bumi Indonesia,” katanya.
Dan apa yang telah ditanamkan oleh para ulama soal cinta tanah air, dalilnya ada dalam Qur'an maupun hadits. “Jadi, tidak perlu lagi dipertanyakan," tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, KH Ma'ruf KHozin juga memaparkan bagaimana Aswaja berada di tengah pusaran berbagai macam gerakan dalam Islam seperti Salafi, Wahabi, Syiah, Jamaah Tabligh, dan aliran lainnya yang kemudian merongrong keyakinan dan kepercayaan umat.
“Selain dirongrong dalam soal akidah, Aswaja khususnya warga NU yang ada di Indonesia juga dirongrong dengan munculnya gerakan radikal kebangsaan seperti wacana khilafah yang ingin melakukan uji coba di Indonesia,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, para kiai dan NU sudah cukup lama berjuang merebut dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Hal ini dapat dilacak misalnya dari hasil bahtsul masail NU tahun 1936 jauh sebelum Indonesia merdeka. “NU sudah menyebut Indonesia sebagai darul Islam, kemudian melalui Resolusi Jihad 1945, para ulama berdiri di belakang pemerintahan Indonesia," tegasnya.
Dan dalam mempertahankan kemerdekaan, hingga era reformasi ketika sebagian kemudian beberapa kelompok menginginkan sistem pemerintahan federal atau agama. NU tetap tegas berada dalam posisi menerima konsep NKRI. “Oleh karena itu posisi NU tidak akan pernah mundur sejengkalpun dalam berjuang mengawal NKRI" ujarnya.
Bagi mayoritas rakyat, tidak ingin Indonesia seperti Syuriah yang tercerai berai akibat peperangan. "Ulama kita mempertahankan NKRI agar kita dapat hidup aman, enak, dan damai serta dapat menjalankan agama Allah dengan baik," tandasnya. (A Fauzi Muliji/Ibnu Nawawi)