Jember, NU Online
Tak bisa dipungkiri bahwa NU mempunyai kontribusi yang besar dalam perumusan Pancasila dan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Saat-saat menjelang kemerdekaan, para tokoh dan ulama NU sepakat memilih bentuk NKRI dan ideologi Pancasila karena dinilai paling cocok buat bangsa Indonesia yang multi etnis, agama dan budaya.
Demikian diungkapkan Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat berceramah dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW di aula PB. Sudirman, Kantor Bupati Jember, Jawa Timur, Rabu (10/4).
Menurutnya, NU mempunyai sejarah yang panjang dalam dialektika pembentukan NKRI dan Pancasila. Selain bergerak di tataran gagasan dan pergulatan pemikrian, para tokoh dan ulama NU juga bergerak di lapangan, berperang untuk menegakkan NKRI.
"Jadi kalau NU sering berteriak NKRI adalah harga mati, mohon maaf, itu bukan latah, bukan meniru-meniru TNI, tapi memang ada referensi sejarahnya," tukas Gus Aab, sapaan akrabnya.
Ia menambahkan, walaupun sempat muncul gagasan agar Indonesia dijadikan negara agama (Islam) karena faktor demografis yang mayoritas muslim, namun para tokoh dan ulama NU (bersama tokoh-tokoh yang lain) ketika itu menolak gagasan tersebut. Sebab, Indonesia multi agama dan etnis, sehingga tidak cocok menjadi negara agama.
Menurutnya, NKRI dan Panasila itu adalah pilihan moderat dan terbaik. Bukan negara agama, memang. Tapi Indonesia memberi kebebasan kepada pemeluk agama apapun untuk melaksakanan ibadahnya dengan baik.
“Inikan konsep hehat. Mohon maaf, saya adalah muslim. Dan saya wajib yakin bahwa Islam adalah agama yang paling benar bagi saya. Tapi keyakinan saya pada agama Islam tidak boleh menutup ruang pemeluk agama lain untuk meyakini dan melaksanakan ajaran agamanya secara baik. Itulah Indonesia, dan itu (NKRI dan Pancasila) harus kita pertahankan sampai kapanpun," urainya. (Aryudi A. Razaq/Fathoni)