Nasional

Muslimat NU Desak PBB Turun Tangan

Senin, 30 Juli 2012 | 12:07 WIB

Jakarta, NU Online
Muslimat Nahdlatul Ulama menyayangkan terjadinya kekerasan terhadap kaum minoritas, muslim Rohingnya di Myanmar. Apalagi, di negara tersebut terdapat tokoh HAM dan demokrasi, Aung San Suu Kyi yang mendapat nobel perdamaian.<>

Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pihaknya turut prihatin atas kejadian yang menimpa etnis minoritas muslim Rohingnya di Myanmar. Kekerasan itu sungguh ironi, karena terjadi di negara Aung San Suu Kyi yang meraih nobel perdamaian.     

“Muslimat mengutuk terjadinya pembantaian, pengusiran dan tindakan kekerasan terhadap etnis  Rohingnya,” kata Khofifah kepada wartawan di kantor PP Muslimat, Jl Pengadegan Timur Raya, Jakarta, Senin (30/7).

Menurut Khofifah, Muslimat NU mendesak Pemerintah Junta Militer Myanmar agar segera menghentikan segala bentuk pembantaian dan prilaku kekerasan yang dilakukan terhadap etnis Rohingnya.
      “Menuntut Pemerintah Junta Militer Myanmar untuk segera mengakui etnis Rohingnya sebagai warga negara Myanmar dan memberikan hak-hak mereka tanpa perlakuan diskriminatif,” jelas Menteri Pemberdayaan Perempuan era Gus Dur ini.
      Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kata Khofifah, saat turun tangan untuk mengatasi masalah ini. “Kami mendesak PBB dan lembaga-lembaga internasional lain segera melakukan langkah kongkret dalam mencegah berlanjutnya krisis kemanusiaan di Myanmar,” katanya.

Indonesia, lanjut Khofifah, juga harus berperan aktif dengan mengambil langkah kongkrit untuk membantu para korban kekerasan yang hingga saat ini masih membutuhkan pertolongan dari bangsa lain.

“Pemerintah Indonesia harus untuk berperan aktif dalam membantu menyelamatkan kaum minoritas muslim Rohingnya dengan berbagai cara diplomatik maupun non-diplomatik,” katanya.

Selain itu, lanjut Khofifah, masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim juga perlu menyuarakan solidaritas sesama muslim untuk memberikan pertolongan kepada muslim Rohingnya.

“Muslimat mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat memberikan bantuan baik secara materiil maupun moril sehingga etnis minoritas Muslim rohingya dapat terlepas dari kezaliman Pemerintahan Junta Militer Myanmar,” katanya.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan, kekerasan yang dialami muslim Rohingnya menjadi bukti, bahwa Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara yang sangat toleran kepada kelompok minoritas, tidak seperti yang dituduhkan PBB beberapa waktu lalu. “Di Indonesia kelompok minoritas mendapat penghargaan yang sangat besar dari kelompok Muslim yang mayoritas,” katanya.

Saat menjadi Presiden, kata Khofifah, Gus Dur pernah berpidato di eropa bahwa Indonesia akan terus berusaha mengajak umat Islam untuk menjamin kehidupan kelompok minoritas.

Namun, Gus Dur juga meminta kepada para pemimpin di Eropa agar menghargai umat muslim yang menjadi kelompok minoritas di banyak negara, termasuk di Amarika. 

“Itulah toleransi dan solidaritas sesama muslim yang diperjuangkan Gus Dur. Ketika Muslim Rohingnya mendapat kesulitan, solidaritas sesama muslim jangan sampai menurun,” pungkasnya.***


Redaktur: Mukafi Niam


Terkait