Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Muslimat NU dan Hanss Seidel Foundation mengadakan pelatihan perempuan kader penggerak desa dalam penguatan demokrasi desa dan penguatan sumberdaya perempuan pada 1-4 November 2018 di Hotel Aston NTT. PP Muslimat NU membekali 30 peserta wawasan baik yang bersifat keorganisasian, ketenagakerjaan, tata kelola desa, dan perspektif gender.
Pelatihan ini diadakan atas dasar tingginya kecenderungan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Faktor pemicu kecederungan ini adalah ekonomi keluarga, keterbatasan lapangan kerja, iming-iming untuk mendapat uang dalam jumlah banyak setiap bulan, dan gaji mereka akan dibayar dengan menggunakan mata uang dolar.
Khusus untuk Malaysia, jumlah TKI ilegal berjumlah sekitar 800-900 ribu orang. Diperkirakan sekitar lebih dari 50 ribu di antaranya adalah PMI yang berasal dari NTT.
Selama Januari-September 2018, satgas TKI telah mencegah 343 calon PMI dari NTT untuk berangkat keluar negeri secara tidak prosedural. Dampak dari praktik ilegal ini, PMI dari NTT mengalami rentan kekerasan.
Sepanjang tahun 2018 sudah 32 PMI yang meninggal dunia. Dengan demikian Pemerintah Daerah masih sebatas meminta kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama mengampanyekan bahwa menjadi PMI harus secara prosedural.
Pada pelatihan ini Hj Mursyidah Thahir dari Muslimat NU menyampaikan materi Ahlussunnah wal Jama’ah dan Kemuslimatan. Sementara Pemerintah Provinsi NTT dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Erni Usboko mengenalkan gerakan emas hijau dengan menganjurkan segenap masyarakat memafaatkan lahan untuk menanam kelor bagian dari ketahanan pangan.
Pada pelatihan ini peserta juga ditunjukkan untuk mempromosikan role model dari mantan PMI yang memiliki usaha ekonomi produktif dan menjadi produk unggulan daerah sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga serta berkurangnya minat masyarakat untuk berkerja di luar negeri.
Sebanyak 30 orang peserta ini diharapkan memiliki keterampilan cara merencanakan dan merumuskan serta menyampaikan aspirasi dalam pembangunan desa dan mampu menjadi tempat mengurai masalah dan pengembangan sosial-ekonomi berbasis kearifan lokal.
Pelatihan ini diharapkan tercipta kelompok purna PMI yang menjadi role model pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal, sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga serta berkurangnya minat masyarakat untuk berkerja di luar negeri. (Red Alhafiz K)