Dalam rangkaian acara Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Pesantren Al Tsaqafah, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (20/2), Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi peran dakwah NU selama ini.
Menurutnya, dengan dakwah itu NU telah berjasa meningkatkan kualitas pemahaman keagamaan di Indonesia yang berdampak pada kualitas kehidupan keagamaan yang lebih baik. Di tengah kebinekaan di Tanah Air, NU mampu menyuguhkan paham yang moderat dan toleran.
“Sesungguhnya ulama-ulama terdahulu menghadirkan NU karena cintanya kepada bangsa ini,” ujar Lukman.
Ia menambahkan, kecintaan itu dimulai dari usaha membentuk Komite Hijaz karena ada kekhawatiran yang begitu besar terhadap gejala pemberangusan tradisi dan budaya lokal lantaran dituduh menyimpang dari syariat Islam.
“Seakan tradisi yang dikembangkan Wali Songo itu melenceng, dihapuskan, dibid'ahkan. Dulu kan terkenal sekali istilah (tudingan) TBC: tahayul, bid’ah, churafat,” paparnya.
Usaha para ulama NU itu, di mata Lukman, menunjukkan bahwa ormas Islam yang lahir pada tahun 1926 ini menghargai keanekaragaman budaya yang berkembang di Indonesia. Perbedaan dianggap sebagai sunnatullah dan rahmat yang datang dari Allah. Dan kemajemukan Indonesia yang luar biasa itulah yang mengharuskan NU memilih sikap moderat.
Sikap ini terus berlanjut hingga sekarang dan tertuang dalam Khittah NU sebagai pedoman berpikir dan bersikap warga NU yang menjunjung tinggi tawassuth (sikap moderat), i’tidal (adil), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang).
Rakernas dibuka Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Selain Menag, hadir pula Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, segenap pengurus Lembaga Dakwah PBNU, dan sejumlah pemateri diskusi yang menjadi rangkaian dari acara Rakernas Lembaga Dakwah PBNU. (Mahbib)