Jika Anda bepergian ke Banyuwangi dari arah Jember, akan menyaksikan monumen perjuangan KHR. As’ad Syamsul Arifin berdiri kokoh di lapangan Garahan, Kecamatan Silo, Jember, Jawa Timur.
Monumen yang terletak di (lapangan) sebelah kiri jalan provinsi itu baru selesai dibangun oleh simpatisan dan alumni pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo yang ada di Jember.
Ukuran monumen tersebut tingginya 6 meter, dan lebarnya 4 meter, berbentuk segi empat memanjang ke atas, dengan cat dominan khas Nahdlatul Ulama, yaitu hijau.
Menurut salah seorang tokoh alumni pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah H. Misbahus Salam, pembangunan monumen tersebut adalah untuk mengenang jasa-jasa perjuangan Kiai As’ad, terutama dalam usahanya mengusir serdadu Jepang di Desa Garahan.
“Pengusiran penjajah dari markasnya di Garahan mempunyai arti penting bagi kehancuran Jepang secara keseluruhan,” ungkapnya kepada NU Online di sela-sela meninjau momumen tersebut, Jumat (23/12).
Ia berharap agar keberadaan monumen tersebut dapat memberi motivasi masyarakat untuk meneladani perjuangan Kiai As’ad. Sebagai ulama sekaligus pejuang, katanya, Kiai As’ad telah memberi contoh bahwa berjuang untuk mengusir penjajah sama wajibnya dengan membimbing umat dan mengerjakan ibadah. Sebab, melaksanakan ibadah tak akan tenang ketika tanah air masih dikuasai penjajah.
“Terus terang saya selaku santrinya bangga kepada beliau. Beliau berjuang bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua masyarakat,” tukasnya.
Kebanggaan serupa juga diungkapkan salah seorang santri Kiai As’ad yang lain, Ustadz Fauzi. Menurutnya, Kiai As’ad tidak hanya pejuang yang pemberani tapi juga ulama yng mempunyai toleransi tinggi terhadap pemeluk agama minoritas. “Beliau sangat menghargai keberagaman. Bahkan sangat menghargai dan menghormati pendapat rakyat biasa,” jelasnya.
Sekedar diketahui, penganugerahan gelar pahlawan kepada Kiai As’ad, selain digelar syukuran di Situbondo, syukuran serupa juga dihelat di Jember dan Bondowoso yang dihadiri oleh ribuan umat Islam. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)