Pasuruan, NU Online
Dengan tanpa ragu, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan mempraktikkan bagaimana menggoreng telur. Di hadapan sejumlah ulama dan kia serta pengasuh pesantren, Jonan menunjukkan bahwa biogas dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif.
Hal tersebut dilakukan Menteri ESDM ini saat meresmikan Instalasi Biogas Skala Komunal di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini, Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Instalasi biogas komunal yang diresmikan Jonan terdiri dari 50 unit water closet (WC), 1 unit IPAL, 1 digester biogas berukuran 2 X 12 m3 tipe fixed dome beton, 2 unit lampu biogas dan 4 kompor biogas. Instalasi dibangun Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi ESDM. Instalasi ini rampung pada Agustus 2017 dan sudah dimanfaatkan sekitar 3000 santri.
"Saya sangat salut bahwa pondok pesantren menjadi pelopor energi baru terbarukan, pelopor modernisasi energi di Indonesia. Tidak semua wilayah Indonesia mau membangun," kata Jonan, Sabtu (7/4).
Menurut Jonan, Kementerian ESDM selain membangun biogas komunal di berbagai tempat, juga membangun sumur bor skala besar serta instalasi energi terbarukan lainnya. Hal tersebut merupakan upaya membelanjakan uang rakyat di APBN untuk kepentingan rakyat.
Dirinya juga mengajak pesantren lain dapat meniru apa yang dilakukan Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini tersebut. "Pondok manapun kalau berkenan, kita akan bangun. Ini APBN, uangnya rakyat harus kembali ke rakyat,” katanya.
Bahkan pada kesempatan tersebut, menteri telah menyiapkan segala hal untuk membantu pesantren. “Pesantren Al-Yaisni kalau mau dibangun sumur bor untuk 3000 santri, kita akan bangun. Kalau mau dibangun listrik tenaga surya, kalau para kiai setuju, langsung kita bangun, tak perlu surat. Saya bawa semua ahlinya ke sini," terangnya.
Bagi Pengasuh Ponpes Al-Yasini, KH A Mujib Imron, pembangunan biogas komunal tersebut sangat besar manfaatnya bagi santri. "Saya sampaikan terima kasih pada Pak Menteri. Bantuan ini sangat bermanfaat. Bayangkan di sini ada 3000 santri, dengan penambahan 50 WC mereka jadi tak terlambat masuk sekolah," katanya.
Selain itu, bantuan tersebut bisa menghemat biaya operasional pesantren serta menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan limbah berupa tinja para santri justru dapat dimanfaatkan untuk hal positif. “Limbah (tinja) jenengan (kamu) semua setiap hari bisa jadi sumber energi terbarukan," ungkap Gus Mujib, sapaan akrabnya.
Pada kesempatan tersebut, Jonan juga meninjau lokasi biogas komunal. Ia juga menjajal kompor biogas dengan memasak telur ceplok. Telur ceplok buatan Jonan diberikan kepada ulama yang hadir di lokasi. (Red: Ibnu Nawawi)