Nasional

Mbah Wahab, Peletak Kesadaran Nasionalisme di Kalangan Pesantren

Senin, 27 Januari 2014 | 12:03 WIB

Surabaya, NU Online
KH Abdul Wahab Hasbullah yang lazim dikenal Mbah Wahab, ialah sosok yang mula-mula menanamkan kesadaran kolektif di kalangan pesantren dalam melawan penjajah. Karena, nalar perlawanan secara kolektif inilah yang sangat dibutuhkan ketika itu.
<>
Demikian dilontarkan Wakil Ketua PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur Ainul Yakin saat menjadi pembicara dalam acara Menakar Nasionalisme Pemuda Islam melalui Kancah Pemilu 2014 yang diselenggarakan DPW Gemasaba Jawa Timur, di Wisma Bahagia Surabaya, Ahad (26/1) sore.

Nasionalisme sebagai gerakan perlawanan terhadap penjajah, hadir di paruh pertama abad 20 dengan sejumlah organisasi modern seperti Budi Utomo, Syarikat Islam (SI), NU dan lainnya, jelas Yakin.

"Pendirian NU sendiri sebenarnya diawali anak-anak mudanya. Dan Mbah Wahab menjadi motor kesadaran kolektif di kalangan pesantren yang kemudian berdiri NU," tegas Yakin yang mantan PKC PMII Jatim.

Sebelumnya, sambung Yakin, kesadaran melawan sebenarnya sudah ada. Hanya saja nalar perlawanan belum menjadi kesadaran kolektif masyarakat dan terorganisir dengan baik.

Saat itu perlawanan muncul secara sporadis dan bersifat lokal. “Sehingga, kekuatan perlawanan tidak begitu dahsyat untuk memukul mundur penjajah secara keseluruhan,” lanjut Yakin.

Sementara Nasionalisme itu terkait dengan kesadaran kolektif. Yakni, kesadaran untuk merdeka, melawan penjajah, berdaulat, mandiri, dalam naungan satu negara dan bangsa, tandas Yakin di hadapan sedikitnya seratus peserta dialog interaktif.

Selain Yakin, seorang narasumber dialog Suyitno menunjuk salah satu medan perjuangan pemuda saat ini pada penguasaan teknologi informasi. "Itu cara lain untuk melakukan gerakan-gerakan perubahan yang penting juga dilakukan pemuda Islam," tegasnya. (Abdul Hadi/Alhafiz K)


Terkait