Langkat, NU Online
Manisan halua merupakan suguhan masyarakat ketika berlebaran, ini meruapakan ciri khas dari masyarakat melayu yang bermukim di Kabupaten Langkat Sumatera Utara, ketika menyambut tamu datang.<>
"Warga Melayu Langkat tidak akan lupa menyuguhkan hidangan manisan buat tamu yang datang," kata salah satu pedagang manisan di kota Stabat, Ani Syafii di Stabat, Kamis.
Para peminat manisan halua tersebut tidak hanya berasal dari Langkat, Binjai, namun juga berasal dari Aceh, Pekanbaru, Jakarta, katanya.
Manisan halua yang berasal dari berbagai buah-buahan seperti pepaya, cabai, labu, wortel, daun pepaya, buah gelugur, buah renda, terong, kolang kaling, buah gundur, lalu dibentuk dengan berbagai variasi.
Dicampur dengan gula yang dipanaskan ataupun dimaksukkan langsung ke dalam manisan yang sudah dibentuk, dan diendapkan beberapa hari lamanya, katanya.
Setelah itu siap untuk disajikan ataupun dihidangkan kepada para tamu yang datang ke rumah kita ketika berlebaran, rasanya sangat enak dan manis.
Ani Syafii juga menjelaskan bahwa setiap tahunnya, manisan halua yang dibuatnya diminati para pembeli.
Untuk tahun ini, manisan halua yang telah dipersiapkan mencapai 150 kilogram.
"Tentang harganya bervariasi tergantung bentuk halua tersebut, kalau harga biasa mencapai Rp 70.000 sampai Rp 75.000 per kilogram," katanya.
Ada juga harganya yang mahal seperti manisan cabai bisa Rp 80.000 per kg.
Diantara manisan halua yang dibuatnya, yang sangat diminati para pembeli ataupun pengunjung yang datang ke tempat usahanya di Jalan Kiai Haji Zainul Arifin Stabat, adalah manisan dari buah cabai.
Satu hari menjelang lebaran biasanya manisan halua dari cabai tersebut sudah habis, padahal dibuat lebih dari 10 kilogram, katanya.
Sementara itu seorang pembeli ibu Nasbah menjelaskan, setiap tahunnya, dia memesan manisan halua mencapai 10 kilogram, untuk dibawa dan dibagi-bagikan kepada sanak familinya yang berada di Medan.
"Kita harus bawa manisan halua setiap lebaran, karena saudara-saudara akan bertanya bawa halua apa tidak," katanya.
Manisan halua ini, lalu kita hidangkan, dan akan dinikmati oleh keluarga yang datang berlebaran, dan bisanya dalam tempo beberapa jam, manisan halua yang dihidangkan dipastikan akan habis.
Demikian juga dengan ibu Bariah, yang ditemui secara terpisah menjelaskan, kalau hidangan halua belum disajikan, akan terasa kurang sajian makanan yang disajikan, bagi masyarakat di Kabupaten Langkat.
"Karena halua merupakan ciri khas makanan di hari lebaran, dipastikan harus ada disetiap rumah masyarakat melayu maupun warga lainnya yang sudah bermukim lama di bumi Langkat," kata Bariah.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara