Nasional

LKSB Ajak Generasi Muda Bangkitkan Spirit Kepahlawanan

Kamis, 10 November 2016 | 11:34 WIB

Jakarta, NU Online
Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) kembali mengupas berbagai problem kebangsaan. Melalui momen Hari Pahlawan Nasional 10 November, lembaga yang digawangi oleh anak muda NU Abdul Ghopur ini mengajak kepada generasi muda Indonesia untuk membangkitkan spirit kepahlawanan dari para pejuang dan pendiri bangsa.

Hadir sebagai narasumber dalam diskusi bertema Membangkitkan Spirit Kepahlawanan: Dengan Jiwa Kepahlawanan, Mari Kobarkan Resolusi Jihad Menegakkan Rasa Kemanusiaan, Keadilan, dan Persatuan serta Cintai Tanah Air sebagai Bagian dari Iman ini, Wasekjen Perhimpunan Indonesia dan Tionghoa (INTI) Ulung Rusman, Ketua Gerakan Kebangkitan Nusantara Moses Latui Hamallo, dan Direktur Eksekutif LKSB Abdul Ghopur.

Diskusi yang berlangsung, Kamis (10/11) di Gedung PBNU Jakarta ini juga menghadirkan anak-anak muda dari berbagai lintas iman dan etnis untuk membuktikan bahwa Indonesia terwujud dari keberagaman yang akhirnya lahirlah NKRI.

Ulung Rusman yang juga aktivis 98 ini menjelaskan, membangkitkan spirit kepahlawanan dapat diwujudkan melalui beberapa nilai yang terkandung dalam istilah pahlawan itu sendiri.

“Nilai pokok yang melekat pada diri seorang pahlawan diantaranya berani berkorban untuk kepentingan masyarakat banyak dan berjuang tanpa pamrih,” jelas Ulung.

Pria yang juga pengajar di Universitas Tarumanegara Jakarta ini menekankan bahwa Indonesia lahir dari berbagai macam perbedaan yang menyatu melalui komitmen kebangsaan. Proses yang terjadi di dalamnya bukan hal singkat, tetapi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita seumur hidup.

“Dalam berbagai forum kepemudaan, saya sering menyampaikan, kepemimpinan pemuda jangan elitis, harus paham kondisi masyarakat paling bawah,” imbuh Ulung.

Dia juga memberikan penegasan bahwa anak muda zaman sekarang jangan mudah terpengaruh oleh media sosial yang cenderung memperkeruh suasana. Menurutnya, jika timbul konflik, tidak perlu membawa-bawa agama, etnis, dan lain-lain karena kekeliruan ada dalam diri individu sehingga negara ini tetap bersatu dalam perbedaan.

Senada dengan Ulung, Abdul Ghopur menjelaskan, selama 71 tahun merdeka, Indonesia masih mengalami krisis nilai-nilai kepahlawanan, kebangsaan, nasionalisme, dan semangat kemajemukan sebagai bangsa yang multikultural.

Menurutnya, sebagai anak bangsa yang multietnis, bangsa Indonesia belum bisa menghilangkan sentimen ras terhadap sesama anak bangsa. 

“Itulah yang kerap memunculkan konflik bernuansa SARA di negeri ini, baik secara vertikal maupun horisontal,” ujarnya.

Sementara itu, Moses Latui Hamallo memberikan penekanan bahwa generasi muda jangan lepas dari tradisi dan budaya luhur bangsa Indonesia yang sejak dulu bernilai baik, terbuka, dan sarat nilai-nilai kebaikan.

Ia juag mengajak kepada masyarakat Indonesia untuk benar-benar memahami identitas kultural masing-masing. Identitas inilah yang membuat bangsa Indonesia kuat sejak dulu. Perjuangan kemerdekaan oleh seluruh anak bangsa cukup memberikan pelajaran bahwa negara ini berdiri di atas pondasi harmoni di tengah kemajemukan. (Fathoni)


Terkait