Jakarta, NU Online
Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU menggelar Peringatan ke-500 Sunan Kalijaga pada Rabu-Jumat, 12-14 April 2017. Ketua panitia pelaksana M Jadul Maula mengungkapkan acara diawali dengan ajang Silaturrahim Budayawan LESBUMI NU dari tingkat PC dan PW.
“Silaturahim dilangsungkan di Pondok Pesantren Kaliopak, Jl. Wonosari km 11, Klenggotan RT 04 Srimulyo Piyungan Bantul, Yogyakarta. Silaturahim ini juga dalam rangka menyelaraskan kinerja berorganisasi dan juga mensosialisasikan, saling urun rembug tentang implementasi nyata strategi kebudayaan Lesbumi PBNU sebagai hasil Rakernas tahun lalu yang di beri nama SAPTAWIKRAMA,” ungkap Kiai Jadul, Selasa (11/4).
Pengasuh Pesantren Kaliopak dan sekaligus Wakil Ketua Lesbumi PBNU ini menambahkan gerakan budaya yang dilakukan elemen Lesbumi di daerah masing-masing diharapkan menjadi masukan bersama dan dikonsolidasikan dalam diskusi, dialog dan urun rembug, sehingga lebih terlihat benang merah pergerakan seni budaya Lesbumi.
“Strategi budaya Lesbumi PBNU yang dikenal sebagai ‘Al-Qoid As-Sab’ah atau ‘SAPTAWIKRAMA’ nantinya akan disosialisasikan lebih luas ke seluruh jaringan Lesbumi di tingkat PW/PC pada khususnya, dan nahdlyin pada umumnya,” lanjut Kiai Jadul.
Selain silaturahim, kegiatan yang bekerjasama dengan PWNU DI Yogyakarta dan Universitas Nahldatul Ulama (UNU) Yogyakarta, dirangkai dengan mujahadah dan khataman Al-Qur'an, seminar nasional, workshop upacara adat desa, gelar ragam seni tradisi dan kontemporer.
Selain itu juga akan dilakukan pengobatan tradisional, bazaar sembako murah, pagelaran wayang kulit, lomba quote instagram dan penulisan esai, melukis sketsa bersama, orasi Kebudayaan, serta tausiyah kebangsaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut menempati lokasi di Pesantren Budaya Kaliopak dan Kompleks UNU Yogyakarta.
Kiai Jadul menyebut peringatan hari lahir Sunan Kalijaga menjadi penting karena Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid termasuk figur penting dalam sejarah pembentukan karakter arif umat Islam Nusantara, khususnya di Tanah Jawa, yang berwajah budaya, liat-lentur, toleran, berkeadilan, dan berkeseimbangan.
“Sebagai anggota dari Walisongo, Sunan Kalijaga adalah arsitek budaya Islam Jawi (Nusantara), dan peletak dasar ideologi pendirian Kesultanan Mataram. Tidak hanya itu, beliau adalah tokoh terpenting lintas-generasi yang “menjaga” proses krusial transisi kerajaan-kerajaan nusantara: Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram (Islam),” tegas Kiai Jadul.
Di samping itu, tumbuh sebagai tokoh ruhani yang mumpuni, Sunan Kalijaga adalah juga seniman dengan penguasaan khazanah budaya yang mendalam, dan memiliki proyeksi politik kebudayaan yang berkarakter. (Kendi Setiawan/Fathoni)