Nasional

Lakpesdam Bahas Populisme di Indonesia dan Global

Rabu, 17 Mei 2017 | 05:42 WIB

Jakarta, NU Online
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM PBNU) membahas populisme yang belakangan ini menguat di Indonesia dan negara-negara Barat. Kegiatan dengan narasumber Charles-Michel Geurts (Uni Eropa) dan Greg Feally (Australia) tersebut berlangsung di PBNU, Jakarta, Selasa (16/5). 

Moderator Dadi Darmadi mengantarkan diskusi dengan mengatakan, semangat populisme yang terjadi saat ini adalah seolah-olah representasi dari masyarakat kecil, marginal, tertindas, yang melawan kekuasaan elite. 

Namun, persoalannya semangat itu ketika tidak didukung, mereka gampang sekali mengeluarkan ujaran kebencian, permusuhan. “Seperti yang terjadi di Indonesia sekarang ini fenomena hoax, hate speech, perkataan orang diplintir sedemikian rupa sehingga menjadi heboh,” katanya.  

Ia menambahkan, ketika Inggris keluar dari Uni Eropa, awalnya kita menduga itu retorika politik untuk meraih simpati dari para pemilih. “Kalau hal itu serius, seberapa serius, bagaimana dampaknya di Indonesia,” tanyanya. 

Ia kemudian meminta Charles-Michel Geurts berbicara pengalaman populisme di Eropa, sementara Greg Feally berbicara dari perspektif Australia dengan membaca Indonesia yang bisa dikaitkan dengan konservatisme Islamisme. 

Kepada dua narasmuber itu, Dadi juga meminta untuk menjelaskan langkah-langkah strategis untuk merespon kecenderungan populisme bagi ormas seperti NU. 

Menurut Charles-Michel Geurts populisme di Eropa sudah terjadi terjadi sejak lama. “Dalam sepuluh tahun terakhir ini, sayap kanan konservatiif, mendapat tempat di masayarakat Eropa,” katanya melalui seorang penerjemah. 

Pada konteks nasional negara-negara Eropa, pendukung populisme mendapatkan posisi di parlemen. Sementara di regional, mendapatkan tempat parlemen Eropa. (Abdullah Alawi)


Terkait