Nasional

Konten Hoaks Dapat Merusak Otak

Rabu, 27 Juni 2018 | 04:00 WIB

Jakarta, NU Online
Konten hoaks, fitnah, kebencian dapat merusak otak pelaku. "Ibarat komputer, ujaran kebencian bukan lagi sekadar virus biasa, tetapi dia adalah malware yang dapat merusak sistem, bahkan hardware," kata Dewan Pakar Neurosains Indonesia, Tauhid Nur Azhar pada diskusi bertema Strategi Mempromosikan Wasathiyah Islam Lewat Diplomasi Media Sosial, di Aula PGK, Jalan Duren Tiga Raya No 7, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (26/6).

Selain itu konten tersebut juga merusak masyarakat karena masyarakat terpengaruh atau termakan fitnah dan hoaks sehingga terbawa pada kebencian. Oleh karenanya, Tauhid merekomendasikan agar mereka yang memiliki pengikut besar di media sosial dilibatkan dalam produksi konten, agar bisa menyebar sebanyak-banyaknya konten Islam wasathiyah.

“Konten yang ngepop bagus, namun ada muatan isinya yang mudah dicerna. Tugas kita memasukkan nilai-nilai wasathiyah ke dalam konten yang terbukti disukai anak muda,” jelas pria yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

Narasumber lainnya Ketua Yayasan Nusadamai, Marbawi mengatakan setiap bangun pagi kita diganggu oleh banyak pesan, mulai dari suara klakson kendaraan, iklan, baliho, spanduk. Kata dia, pesan wasathiyah Islam harus tampil menarik.

"Dulu video yang baik itu 30 detik. Sekarang karena produksi pesan meningkat maka sebaiknya video yang diproduksi untuk memancing keingintahuan lebih dipersingkat lagi. Yang penting orang kenal dulu wasathiyah Islam. Untuk konten video prinsipnya makin singkat makin bagus," paparnya.


Ia menekankan wasathiyah Islam tidak mengurangi ibadah seseorang agar orang tersebut toleran. "Justru dengan semakin memahami Islam, orang akan semakin bahagia hidup berdampingan dengan orang lain yang berbeda agama, suku, dan lainnya," tambah Ketua Umum GNKRI.

Ia menyebut lulusan pesantren sebenarnya mempunyai materi yang banyak, namun materi itu belum maksimal diolah menjadi konten-konten yang menarik. "Idealnya masyarakat hapal di luar kepala terhadap tujuh nilai wasathiyah Islam, yaitu tawassut, i'tidal, tasamuh, syura, islah, qudwah, muwatanah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehar-sehari,” jelas Marbawi.

Pada diskusi yang diadakan oleh Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi tersebut turut hadir Direktur Direktur Pemberitaan NU Online dan pendiri Islami.co, Savic Ali; serta Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Hajriyanto Y Thohari.

Savic mengajak siapa pun untuk menulis di NU Online dan Islami.co. Dakwah di kedua website tersebut bersifat merangkul. "Namun, kita juga tidak boleh membiarkan akun-akun medsos dan website yang menyebarkan kebencian, sebab jika kita diam mereka merasa apa yang disampaikannya benar. Kita harus memberikan peringatan," paparnya. (Red: Kendi Setiawan)


Terkait