Nasional

Kisah Muda-mudi Lintas Agama dan Korban-korban Intoleransi

Selasa, 15 November 2016 | 08:01 WIB

Jakarta, NU Online
Seorang perempuan 17 tahun menulis sebuah surat. Surat itu ia masukkan ke dalam sebuah botol yang kemudian dilemparkan ke arah laut dekat Gaza. Tal, nama perempuan itu, anak dari seorang imigran asal Prancis yang lama menetap di Israel, dan kini tinggal di Jerusalem. 

Beberapa waktu sebelumnya, terjadi peledakan bom di sebuah kafe di daerahnya. Peristiwa itu menyebabkan tewasnya banyak orang tak bersalah. Tal ingin tahu mengapa ledakan itu bisa terjadi. 

Akan tetapi, Tal tidak tahu harus bertanya kepada siapa dan di mana. Itulah alasan Tal menulis surat yang ia masukkan ke dalam botol dan melemparkannya ke laut.

Surat itu ditemukan Naim, seorang anak muda 20 tahun. Naim adalah seorang warga Palestina yang tinggal di dekat Gaza. Naim sebenarnya merasa takut dengan botol dan surat itu. Namun karena rasa ingin tahu yang tinggi, ia memberanikan diri membuka surat itu.

Naim pun kemudian berusaha menjawab pertanyaan Tal melalui email. Hubungan melalui email itu semakin mendekatkan mereka. Lama kelamaan mereka berteman baik serta saling berbagai informasi. 

Hal itu sebenarnya tidak mudah bagi keduanya. Misalnya tanggapan orangtua Tal yang tahu anaknya memedulikan soal Gaza. Atau Naim yang sempat diinterogasi dan mengalami penyiksaan dari tentara setempat karena seolah-olah berhubungan dengan pihak luar yang dapat mengancam keamanana mereka.

Naim dan Tal akhirnya mengadakan janji untuk bertemu di perbatasan Gaza. Sayangnya Naim dan Tal tak dapat bertemu saat itu, karena mobil mereka berlawanan arah. Sebenarnya Tal dan Naim saling sudah saling melihat. 

Tal yang sudah tahu wajah Naim melalui foto yang dikirim kepada Tal, sangat kecewa dengan rencana pertemuan langsung mereka yang gagal. Dalam hati masing-masing mereka merencanakan pertemuan di lain waktu dalam keadaan yang santai.

Semua adegan itu ada dalam film A Bottle in The Gaza Sea yang diputar di Auditorium Institut Francais d’Indonesie (IFI) Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/11). A Bottle in The Gaza Sea menjadi salah satu film yang diputar dalam rangkaian Tolerance Film Festival untuk memeringati Hari Toleransi Dunia 2016. 

Pada hari yang sama, juga diputar In Line for Anne Frank, dan Of Many. Film yang disebut kedua merupakan karya sutradara putri Bill Clinton, Chelsea Clinton. Hari sebelumnya di lokasi yang sama diputar Dancing in Jaffa dan Besa: The Promise.

Selasa, 15 November ini Tolerance Film Festival memutar My Children (pukul 17.00-18.06) dan Where Do We Go Now (pukul 19.00-21.00). My Children berkisah tentang Lena Kuchler, seorang perempuan yang menyediakan tempat tinggal bagi anak-anak korban Holocaust di timur Polandia. Namun, Lena dan sekitar 100 anak terpaksa harus menyelamatkan diri dari Polandia akibat tekanan.

Sementara Where Do We Go Now, menggunakan cara pandang yang unik. Perdamaian di Timur Tengah akan  terjadi lebih mudah jika wilayah tersebut dipimpin oleh perempuan. Ada pendapat yang menyebutkan, perselisihan agama sebagian besar didorong oleh testosterone, bukan teologi. Film ini bernuansa komedi dengan latar komunitas Islam dan Kristen di Libanon. (Kendi Setiawan/Fathoni)


Terkait