Nasional

Kiai Said: Amanat Insaniah Bekal Manusia Jalin Harmoni

Ahad, 9 Desember 2018 | 15:35 WIB

Kiai Said: Amanat Insaniah Bekal Manusia Jalin Harmoni

KH Said Aqil Siroj

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj mengatakan amanat yang paling melekat dalam diri setiap manusia sejak sebelum kelahirannya adalah amanat insaniah. Insaniah berasal dari kata insan, membawa makna bahwa hidup setiap manusia harus membawa misi keharmonisan.

"Bagaimana kita berupaya agar masyarakat dapat hidup rukun, harmonis, saling melengkapi, saling menghormati, menyempurnakan," kata Kiai Said dalam acara Dakwah Kebangsaan dan Toleransi ala Sunan Gunung Jati, seperti dalam video NU Channel.

Dalam acara yang disiarkan langsung dari Makam Sunan Gunung Jari, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (9/12) malam, Kiai Said menegaskan tidak ada arti atau makna kata insan selain harmonis. "Tidak ada arti kata insan radikal, tidak berarti bentrok, berantem," katanya.

Oleh karenanya, sambung Kiai Said, jika ada tetangga sudah saling tidak menyapa, dalam hati masing-masing mereka sebenarnya ingin akur. Tetapi, masing-masing pihak merasa harus disapa dulu, bukan memulai untuk menyapa. Artinya ada yang menghalangi terciptanya hubungan haromis, tidak lain adalah kepentingan atau hawa nafsu.

Adanya tindakan saling berebut usaha bisnis, jabatan dan politik yang menimbulkan ketidakharmonisan, juga terjadi karena hawa nafs. Solusinya, masyarakat boleh berbeda-beda pilihan tetapi harus menjaga amanat insaniah.

"Boleh beda partai, beda pilihan bupati, bahkan beda agama, tapi harus selalu insaniah," tegas Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan ini.

Kiai Said menyebutkan, naluri insaniah dapat dijaga dan pertahankan karena dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna. "Bukan hanya bentuk fisik, tapi juga jika spiritualitas dan akhlaknya baik. Itulah yang sempurna," ujarnya. 

Amanat berikutnya adalah agama Islam. Islam dari kata salam artinya damai, aman, tidak ada konflik, tidak tegang. Islam dari kata salamatun, artinya selamat dan menyelamatkan. "Dalam Islam selamat diri sendiri, selamat tetangga, teman, saudara, tidak mengganggu. Kata-katanya baik, tindakannya baik," ujar peraih gelar doktor di bidang tasawuf ini.

Lalu Islam diambil dari kata taslim, artinya menyerah secara total kepada Allah. Orang Islam tidak boleh sombong dan bangga dengan dirinya. Walaupun kaya, berpangkat, cerdas, semuanya harus menyerahkan diri kepada Allah.

Pasrahnya orang beriman tidak dengan menyerah terhadap keadaan; juga tidak dengan berprinsip tidak usah kaya dan pintar asalkan benar. Pintar, benar, berkah; gagah, pintar, berkah itu lebih baik.

Kiai Said menegaskan kepasrahan kepada Allah harus tetap dalam upaya meraih cita-cita. "Karena orang Isam dipercaya Allah membangun masyarakat yang modern dan hebat. Umat islam dipercaya membangun masyarakat modern maju," paparnya.

Umat islam juga berhak dan malah dituntut untuk maju dan menjadi ahli serta profesional di bidangnya. Hal itu agar bisa memberikan kemanfaatan bagi manusia lainnya. (Kendi Setiawan)


Terkait