Nasional

KH Marzuki Mustamar: Memperingati Kemerdekaan RI Hukumnya Wajib

Rabu, 17 Agustus 2016 | 05:00 WIB

KH Marzuki Mustamar: Memperingati Kemerdekaan RI Hukumnya Wajib

KH Marzuki Mustamar saat memberi amanat.

Malang, NU Online
Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-71 juga dilakukan oleh santri Pondok Pesantren (PP) Sabilurrosyad Gasek Malang, Rabu (17/8) hari ini. Layaknya santri, dalam upacara tersebut mereka juga mengenakan sarung lengkap dan peci. 

Upacara yang digelar sejak jam 08.00 pagi itu berjalan dengan khidmat. Bahkan, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar yang berkesempatan menjadi pembina upacara sempat meneteskan air mata diikuti oleh peserta upacara yang lain. Pekik ‘Merdeka’, lantunan lagu Indonesia Raya beserta Sholawat Badar menambah semangat perjuangan para santri.

Dalam amanatnya, Kiai Marzuki menyampaikan bahwa memperingati, mensyukuri, dan mengisi kemerdekaan itu hukumnya wajib. Mengapa? Yang pertama, kita sadar bahwa kita bersujud di Indonesia, dilahirkan di Indonesia, mencari nafkah di Indonesia, semua yang kita lakukan berada di Indonesia. Dan sampai saat ini Indonesia yang kondusif inilah tempat kita untuk mendekat kepada Allah SWT. 

Kedua, Indonesia merdeka tidak lepas dari perjuangan pahlawan yang hampir sebagian besar adalah ulama’, seperti Sultan Hamidin Putera Syarif Hidayatullah, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, KH Wahab Chasbullah, dan Ahmad Natsir. Mereka adalah ulama besar yang telah berjuang mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan Republik Indonesia. Tak lupa juga, Bung Karno. Bapak proklamator tersebut adalah santri. 

Kenapa, tanya Kiai Marzuki, dalam mengambil keputusan penting, Bung Karno selalu meminta pendapat Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, seperti misalnya, Bagaimana hukumnya membela Tanah Air? dari pertanyaan inilah kemudian menjadi salah satu embrio adanya Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945. Bagi para ulama, harga kemerdekaan NKRI setara dengan nyawa dan darah mereka. Oleh karena itu, kita yang masih hidup wajib menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, wajibnya menjaga NKRI, sama dengan wajibnya melaksanakan syariat Islam.

Ketiga, lanjutnya, NKRI memiliki aset punya orang Islam terbesar di dunia. Pasalnya, masjid yang berada di bumi pertiwi saja ada sekitar setengah juta lebih, pesantren yang dimiliki Nahdlatul Ulama saja ada sekitar 30.000 lebih, belum lagi lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya. Makam para ulama, walisongo juga berada di Indonesia. Maka dari itu, menjaga NKRI adalah harga mati. Ingat! Bubarnya NKRI berarti terancamnya aset umat Islam.

Dalam penutupnya, kiai yang juga santri dari Almaghfurlah KH Masduqi Mahfudz ini, sangat menentang keras berbagai aliran atau kelompok yang saat ini masih ada yang mengkafirkan para pejuang NKRI terdahulu, bahkan masih ada yang mengatakan bahwa Indonesia Negara ‘Thogut’. 

”Semua yang hadir khususnya santri-santriku, berhati-hatilah dengan kelompok-kelompok seperti itu, kelompok seperti mereka memiliki mental yang sama dengan penjajah,” pungkas Kiai Marzuki. 

Sementara itu, Lurah Putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad Mila Lishowabi mengungkapkan, upacara bendera peringatan HUT RI adalah agenda yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya. 

“Untuk tahun ini, acara akan dirangkai dengan Festival Banjari Gasek se-Jatim pada Ahad (21/8) dan Halal bi Halal Pondok Pesantren Sabilurrosyad yang menghadirkan beberapa tokoh nasional seperti KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), Tokoh Muhammadiyah H.A Malik Fadjar, Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi M Hanif Dhakiri, Ketua PBNU sekaligus Wakil Gubenur Jatim Gus Ipul, KH Harun Ismail Blitar dan beberapa tokoh lainnya pada Senin (22/8) malam,” ujar wanita murah senyum tersebut. (Muhammad Faishol/Fathoni)


Terkait