Jakarta, NU Online
Perkembangan teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari agama dengan secara otodidak, mudah dan menyenangkan. Lihat, misalnya, bagaimana Love Quran Tab 3G TV menyasar para pengguna teknologi yang ingin belajar Al-Qur’an secara mandiri.<>
Love Quran Tab 3G TV dikemas dengan aplikasi berbasis Android yang dilengkapi dengan berbagai menarik. Ada My Quran yakni Al-Qur’an digital yang dilengkapi fitur terjemah, tajwid, tilawah, doa dan program khatam Al-Quran. Para pengguna seperti sedang belajar di depan seorang guru ngaji. Ada juga fitur Jelajah Quran, Melodi Quran, dan Kamus Quran, dan Indeks Quran Tematik.
Selain program belajar Al-Qur’an, tablet yang dikeluarkan menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1434 H yang dikeluarkan oleh Cyrus bersama Telkomsel juga dilengkapi beberapa fitur menarik bagi yang ingin belajar Islam secara digital. Ada Muslim Daily dengan fasilitas pembantu pengamalan Islam sehari-hari seperti jadwal shalat dan arah kiblat dan fitur cerita-cerita Islami.
Pengalaman membuktikan, para orang tua seringkali mengeluh, anak-anak mereka lebih bisa menggunakan perangkat teknologi, tanpa diajari. Apalagi untuk beberapa perangkat yang menggunakan layar sentuh. Anak-anak memanfaatkan teknologi seperti layaknya bermain-main.
Bisa dipastikan, hadirnya berbagai fasilitas teknologi untuk belajar agama akan menjadi pilihan bagi para orang tua dan berbagai kalangan yang mengidentifikasi diri sebagai “kelas menengah”. Apakah peran tektologi kini menggantikan peran orang tua dan guru?
Tidak. Teknologi memang menawarkan kemudahan, namun bukan berarti para orang tua tak lagi berkewajiban untuk terus mengawasi anak-anak mereka yang sedang belajar. Juga, bukan berarti belajar agama tak lagi memerlukan guru.
Teknologi hanyalah alat untuk membantu dan mempermudah, bukan mengganti. Teknologi bisa menjadi teman dan pendamping, termasuk untuk belajar agama, namun bukan pilihan untuk menjadi penyendiri.
Penulis: A. Khoirul Anam