Kerjasama dengan KPID, Pesantren se Jatim Pantau Media Massa
Rabu, 19 Desember 2012 | 15:13 WIB
Surabaya, NU Online
Forum Pesantren Pemerhati Media (FP2M) melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim, di Kantor PWNU Jatim, Surabaya, Rabu (19/12).
<>
Nota kesepahaman itu ditandatangani Ketua FP2M H Azzam Choiron dan Ketua KPID Jatim H Fajar Arifianto Isnugroho, dengan disaksikan Wakil Ketua PWNU Jatim H Abdul Wahid Asa dan Direktur Centre for LEAD Yogyakarta Achmad Musyaddad.
"Kerja sama ini penting agar masyarakat tidak anarkis dengan mendatangi kantor stasiun televisi atau radio bila memprotes sebuah program acara, namun ada caranya, yakni protes disampaikan kepada kami dan kami akan meneruskan ke KPID Jatim," kata Ketua FP2M Azzam Choiron, seusai menandatangani nota kesepahaman tersebut.
Ia mengatakan, dari nota kesepahaman itu, kalangan pesantren se-Jawa Timur siap memantau program acara media massa (radio/televisi) yang menyajikan siaran yang tidak mendidik masyarakat, seperti ada unsur sensual, kekerasan, dan sejenisnya.
"Untuk itu, empat pesantren di Jatim membentuk FP2M yang melibatkan jaringan pesantren se-Jatim dan kami pun bekerja sama dengan KPID Jatim," ujarnya.
Ia menjelaskan keempat pesantren yang tergabung dalam FP2M dan sepakat bekerja sama dengan KPID Jatim adalah Pesantren Bahrul Ulum (Jombang), Mambaush Sholihin (Suci, Gresik), Salafiyah (Pasuruan), dan Munthoatul Ilmiah (Kertosono, Nganjuk).
"Tapi, keempat pesantren itu sudah membagi wilayah koordinasi dengan pesantren lain, sehingga kegiatan diskusi, sosialisasi, atau pemantauan akan memiliki jejaring dengan pesantren di wilayah koordinasinya," katanya.
Dalam nota kesepahaman yang disepakati untuk tiga tahun (2012-2015) dan bisa dilanjutkan dengan kesepakatan baru itu mengatur kerja sama dalam berbagai diskusi dengan berbagai kalangan yang diprakarsai FP2M, sosialisasi untuk literasi media (melek media), dan pemantauan.
Koordinator Bidang Infokom di Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang itu mengatakan kegiatan diskusi dan sosialisasi literasi media juga tidak hanya melibatkan kalangan pesantren, namun bisa melibatkan masyarakat, seperti PKK, LKMD, IPNU (organisasi pelajar), dan sebagainya.
Sehari sebelumnya, Selasa (18/12), saat pembukaan, Abdul Wahid Asa, mengatakan, pada zaman kemajuan teknologi informasi sekarang ini, pesantren pasti juga terpengaruh dan mengalami perubahan. Yakni dalam menyerap nilai-nilai baru yang positif dan berusaha menolak pengaruh negatifnya.
"Karena itu, pesantren masih tetap menjadi benteng penting yang tidak ikut larut dalam keasyikan kecanggihan teknologi informasi," tegas Wahid Asa, yang juga Pimpinan Umum Majalah AULA ini.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Hady JM