Jakarta, NU Online
Keluarga Pahlawan Nasional KH Zainul Arifin mendukung pengusulan KH Masjkur sebagai pahlawan nasional. KH Zainul Arifin dan Kiai Masjkur adalah sahabat seperjuangan pada saat berjuang melawan penjajahan; satu memimpin Laskar Hizbullah, satu lagi memimpin Laskar Sabillah. Laskar Hizbullah beranggotakan para santri, sementara laskar Sabilillah beranggotakan para kiai yang lebih senior.
Beliau berdua itu satu angkatan, latihan kemiliteran bersama, bahkan Kiai Masjkur lebih tua usianya. Beliau berdua berjuang bersama baik bersenjata maupun politik, kata Ario Helmy, cucu KH Zainul Arifin di sela Diskusi Buku KH Zainul Arifin Pohan Panglima Santri Ikhlas Membangun Negeri di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Ahad (13/5) kemarin.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) yang dbentuk oleh Kementerian Sosal. Selain dari keluarga besar KH Zainul Arifin, forum juga dihadiri perwakilan keluarga KH Wahid Hasyim dan KH Agus Salim.
Terkait pengusulan Kiai Masjkur sebagai pahlawan nasional, menurut Ario Helmy, negara sebenarnya terlambat dalam memberikan gelar pahlawan nasional terhadap Kiai Masjkur yang juga anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panlitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ini. Padahal kakeknya sudah mendapatkan pahlawan nasional pada 1963 persis pada tahun meninggalnya.
Kiai Masjkur termasuk pejuang yang berkiprah sampai usia senja. Beliau meninggal pada usia 94 tahun pada tahun 1993. Dari tahun 1993 sampai tahun 2018 itu kan sudah lama sekali. Mestinya beliau ditetapkan sebagai pahlawan nasional dari dulu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pejuang. Saya yakin kalau Bung Karno masih hidup, beliau akan melakukan hal yang sama (memberikan gelar pahlawan nasional), kata Ario yang menulis buku biografi kakeknya KH Zainul Arifin Pohan Panglima Santri Ikhlas Membangun Negeri.
Terkait hubungan dekat kekeknya dengan KH Majskur, menurut Ario, pada masa pengungsian di tengah agresi militer Belanda Kiai Zainul Arifin mendapatkan perlindungan di tempat Kiai Masjkur di Singosari. Kemudian, pada masa kemerdekaan mereka bersama menghalau pemberontakan DI/TII.
"Di bidang politik, mereka aktif melalui Partai Nahdlatul Ulama. Pada saat KH Zainul Arifin menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri di masa kabinet Ali Sastroamijoyo, Kiai Masjkur menjabat sebagai menteri menteri agama. Perjuangan beliau berdua sama persis, di bidang militer, politik dan dakwah," kata Ario Helmy.
Sementara itu dalam Diskusi Buku KH Zainul Arifin Pohan Panglima Santri Ikhlas Membangun Negeri yang dihadiri keluarga para pahlawan nasional itu, penulus buku Laskar Santri dan Resolusi Jihad Zainul Milal Bizawie menilai pengusulan Kiai Maskur sebagai pahlawan nasional sudah sangat tepat.
Dikatakannya, KH Hasyim sebagai pemimpin tertinggi umat Islam yang memimpin perjuangan kemerdekaan ketika itu sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Berikutnya, KH Zainul Arifin sebagai panglima laskar Hizbullah, lalu KH Abdul Wahab Chasbullah sebagai panglima laskar Mujahidin juga telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Tinggal Kiai Maskur panglima laskar Sabilillah yang belum, katanya.
Menurut Milal, penganugerahan pahlawan nasional untuk para ulama pejuang kemerdekaan ini penting agar generasi Muslim yang lahir belakangan mengetahui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini didirikan melalui perjuangan umat Islam sehingga patut dibela dan diperjuangkan keutuhannya. (A. Khoirul Anam)