Jakarta, NU Online
Sulitnya penjajah dalam memecah belah rakyat Indonesia, membuat kolonial mengutus Christiaan Snouck Hurgronje untuk meneliti kekuatan Indonesia. Dan kesimpulannya adalah kekuatan Indonesia ada di para ulamanya.
<>
Penulis buku “Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad” Zainul Milai Bizaie mengungkapkan jika tidak ada ulama dan santrinya, negara Indonesia ini tidak akan berdiri. Ia mengatakan hal itu pada pada acara bertajuk “Ngaji Sejarah Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad” Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (di PTIQ) Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu, (15/10).
Milal menjelaskan kenapa ulama dan santri mempunyai peran besar terhadap negeri ini. “Jika kita runut ke belakang, berdirinya pesantren-pesantren yang sampai sekarang ada, tidak lepas dari perjuangan Pangeran Diponegoro,” katanya.
Milal kemudian memberi pemahaman kepada mahasantri PTIQ untuk hati-hati kepada teori-teori dari Barat. Ia mengatakan, kita tidak boleh lengah dengan teori-teori Barat yang mengatakan ilmu itu netral, sesungguhnya ilmu itu tidak netral.
“Teori-teori keilmuan Barat itu membawa misi. Dan kita sebagai santri, juga harus membawa misi di setiap karya-karya kita, misi apa itu? Misi menyebarkan Islam yang rahmatullil alamin,” imbuhnya.
Menanggapi penanya mahasiswa dari Bima tentang sejarah peran penting ulama di negeri ini seolah hilang, ia menjawab sepakat, bahwa sejarah kita, sejarah perjuangan ulama dan santri memang sengaja ingin dihilangkan.
Menjawab pertanyaan dari peserta lain, apa tujuan diadakan acara “ngaji sejarah” ini? Milal mengatakan, inilah tujuannya, berkumpul, bertukar pikiran, merapatkan kembali misi para ulama dulu.
Sebelum menutup materinya, Milal memberi pesan dan semangat kepada 200 mahasiswa yang hadir di Aula lt. 2 gedung PTIQ. “Anda sekalian yang menuntut ilmu di sini, wajib untuk meneruskan perjuangann ulama di negeri ini. Dengan ilmu Al-Qur’an yang Anda miliki, sebarkanlah Islam rahmatal lil alamin di negeri ini. Ciptakanlah karya yang membawa misi Islam yang agung, banyaklah menulis, karena menulis sama dengan berperang,” ujarnya.
Ngaji sejarah tersebut merupakan pertama dari 10 tempat yang akan dikunjungi dalam rangkaian ngaji sejarah tour de Jabodetabek. Beberapa tempat tersebut antara lain Kampus PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an) Lebak Bulus (15/10), PMII Cabang Ciputat (17/10), Pondok Pesantren Al-Hamid Cipayung (21/10), Pondok Pesantren As-Siddiqiyah Kebun Jeruk (23/10).
Tempa lainnya yaitu YPI Ar-Roudhoh Tambun Bekasi (26/10), SMK Ma’arif Grogol (27/10), PB PMII Salemba Tengah (29/10), Pondok Pesantren Al-Kenaniyyah Pulomas (5/11), Pondok Pesantren Al-Falakiyyah Kota Bogor (07/11), STAINU Matraman (10/11). (Anwar/Abdullah)