Nasional

Kekuatan Doa Kiai Menurut Rektor UIN Suka

Senin, 7 Mei 2018 | 13:00 WIB

Kekuatan Doa Kiai Menurut Rektor UIN Suka

acara wisuda santri pesantren Tremas pacitan Jatim

Pacitan, NU Online
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KH Yudian Wahyudi mengatakan bahwa pesantren memiliki sejumlah kelebihan dan kekuatan yang tidak dimiliki institusi manapun di Indonesia. Kekuatan itu mulai dari kurikulum, sistem pendidikan, pola asuh, santri, kiai, tradisi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pesantren.

Yudian menyampaikan hal itu dalam acara Haflah Akhiriddarasah dan Wisuda Santri Kelas III Madrasah Aliyah Salafiyah Mu’adalah yang digelar Pesantren Tremas Pacitan, Ahad  (6/5) malam.

“Salah satu kelebihan pesantren yang tidak ada di dalam pendidikan di Indonesia ini, apa? dongone (do’anya) kiai,” tuturnya.

Menurut Doktor lulusan McGill University Kanada itu, do'a tulus dari para kiai untuk kesuksesan santri-santrinya mempunyai peran yang sangat signfikan, sehingga menjadi motivasi spiritual yang meledakkan kemampuan para santri untuk meraih kesuksesan, tidak hanya ukhrawi tapi juga duniawi.

Yudian yang juga merupakan alumnus Pesantren Tremas itu lalu berkisah tentang keberhasilanya meniti karir akademiknya hingga dapat menimba ilmu di luar negeri dan kini diamanahi memimpin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 

Selama nyantri di Tremas, ia berusaha mendapatkan doa kiai, yaitu dadi wong (menjadi orang besar) dengan melakukan tirakat nahun, tidak pulang selama tiga tahun setengah. Di sisi lain untuk mendapatkan berkah do'a kiai, santri harus patuh dan taat kepada kiai dalam menjalankan nasihat-nasihatnya.

“Saya termasuk santri yang mendapat do'a kiai. Karena berhasil melakukan tirakat tidak pulang selama tiga setengah tahun. Jadi ini berkat barokah do'a kiai atau bu nyai” kata pengasuh Pesantren Nawasea Yogyakarta ini. 

Lebih lanjut Yudian mengatakan, hubungan kiai dan santri menjadi kekuatan tersendiri bagi pesantren. Seorang kiai tidak kenal lelah mendokan, membimbing, mendidik, mengajarkan ahlakul karimah, kedisiplinan, dan kemandirian.

“Dan pembangunan kepribadian dan kedisiplinan sudah dimulai dari sini,” imbuhnya.

Kekuatan pesantren selanjutnya, kata dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang berhasil menembus Harvard Law School di Amerika Serikat ini, adalah berasrama, literatur pesantren hampir seluruhnya berbahasa arab, takror (belajar bersama), sorogan, ujian lisan, dan santrinya berasal dari berbagai daerah.

Akhiriddarasah dan Wisuda Santri Pesantren Tremas Pacitan berlangsung meriah. Selain dihadiri alim ulama, para pejabat, hadir pula para wali santri serta alumni dari pelbagai daerah. Pada acara wisuda tahun ini, Pesantren Tremas mewisuda sebanyak 217 santrinya terdiri dari santri putra dan putri. (Zaenal Faizin/Muiz)


Terkait